Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual memperkirakan, rupiah akan terus menguat seiring derasnya aliran dana yang masuk ke Indonesia melalui program tax amnesty. Ini akan membuat dolar AS tertekan hingga ke level Rp 12.500.
"Ini memang karena tax amnesty. Repatriasi masuk sudah sampai Rp 100 triliun. Ini bikin rupiah positif. Kalau dana masuk terus, rupiah bisa terus menguat. Dolar AS bisa ke kisaran Rp 12.500," ujar David kepada detikFinance, Selasa (27/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Deadline periode awal kan September nih, itu masih akan banyak yang masuk, banyak dana masuk rupiah juga masih akan menguat," katanya.
Di sisi lain, kondisi perekonomian global seperti penundaan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) cukup membuat penguatan dolar AS tertahan.
Ditambah, rilis data penjualan rumah di AS menurun dan laporan angka pertumbuhan ekonomi AS nanti malam juga diperkirakan bakal stagnan. Hal ini mendorong mata uang negara-negara lain termasuk Indonesia menguat.
David mencatat, mata uang Korea Selatan (won) naik 0,86%, Taiwan (dolar Taiwan) naik 0,6%, Australia (dolar Australia) naik 0,4%, dan Malaysia (ringgit) 0,4%.
"Kita (rupiah) lumayan dalam naiknya," katanya.
Sebetulnya, kata David, rupiah bisa menguat tajam dan dolar AS lengser ke level yang lebih dalam jika Bank Indonesia (BI) tidak menahan laju penguatan rupiah.
"Sebenarnya kalau nggak ditahan-tahan BI, ini rupiah bisa menguatnya tajam, tapi posisi saat ini masih kisaran fundamental. Penguatan terlalu dalam juga nggak baik, produk ekspor kita kemahalan nanti," pungkasnya. (drk/hns)











































