Dolar AS Diramal Lengser ke Rp 12.500

Dolar AS Diramal Lengser ke Rp 12.500

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Selasa, 27 Sep 2016 13:58 WIB
Dolar AS Diramal Lengser ke Rp 12.500
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Program pengampunan pajak atau tax amnesty sukses membuat rupiah menguat. Mata uang Paman Sam keok ke level Rp 12.936 siang ini. Berdasarkan data perdagangan Reuters, Selasa (27/9/2016), dolar AS siang ini bertengger di posisi Rp 12.936 dibandingkan posisi pembukaan pagi tadi di Rp 13.025.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual memperkirakan, rupiah akan terus menguat seiring derasnya aliran dana yang masuk ke Indonesia melalui program tax amnesty. Ini akan membuat dolar AS tertekan hingga ke level Rp 12.500.

"Ini memang karena tax amnesty. Repatriasi masuk sudah sampai Rp 100 triliun. Ini bikin rupiah positif. Kalau dana masuk terus, rupiah bisa terus menguat. Dolar AS bisa ke kisaran Rp 12.500," ujar David kepada detikFinance, Selasa (27/9/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

David menjelaskan, aliran dana masuk baik dari tebusan, deklarasi, maupun repatriasi tax amnesty diperkirakan masih akan terus mengalir. Terlebih, periode pertama tax amnesty bakal berakhir pada 30 September 2016. Masyarakat akan memanfaatkan periode ini karena uang tebusan yang dibayarkan jauh lebih ringan.

"Deadline periode awal kan September nih, itu masih akan banyak yang masuk, banyak dana masuk rupiah juga masih akan menguat," katanya.

Di sisi lain, kondisi perekonomian global seperti penundaan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) cukup membuat penguatan dolar AS tertahan.

Ditambah, rilis data penjualan rumah di AS menurun dan laporan angka pertumbuhan ekonomi AS nanti malam juga diperkirakan bakal stagnan. Hal ini mendorong mata uang negara-negara lain termasuk Indonesia menguat.

David mencatat, mata uang Korea Selatan (won) naik 0,86%, Taiwan (dolar Taiwan) naik 0,6%, Australia (dolar Australia) naik 0,4%, dan Malaysia (ringgit) 0,4%.

"Kita (rupiah) lumayan dalam naiknya," katanya.

Sebetulnya, kata David, rupiah bisa menguat tajam dan dolar AS lengser ke level yang lebih dalam jika Bank Indonesia (BI) tidak menahan laju penguatan rupiah.

"Sebenarnya kalau nggak ditahan-tahan BI, ini rupiah bisa menguatnya tajam, tapi posisi saat ini masih kisaran fundamental. Penguatan terlalu dalam juga nggak baik, produk ekspor kita kemahalan nanti," pungkasnya. (drk/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads