Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menilai, penguatan rupiah yang terlalu signifikan, sebenarnya tidak baik bagi perekonomian negara, seperti Indonesia.
"Saya rasa masyarakat harus paham kurs menguat bukan sesuatu yang baik," ungkapnya di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (5/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi suatu negara yang ekspor impor barang jasanya defisit justru harus mendorong ekspor dan mengendalikan impor. Jadi kurs, instrumen dipakai untuk menyeimbangkan sehingga defisit tidak terlalu besar," paparnya.
Maka dari itu, rupiah diharapkan bisa terkendali sesuai dengan fundamentalnya. Bila defisit terlalu besar, justru ke depannya membuat ekonomi Indonesia menjadi lebih buruk.
"Kurs itu harus menggambarkan fundamental ekonomi. Fundamental ekonomi Indonesia seperti apa ekspor impornya barang dan jasa. Kondisi sekarang masih defisit, beda dengan Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, surplus. Kita masih defisit," tandasnya. (mkl/drk)