BI: Rupiah Menguat Terlalu Tajam Tak Baik Buat Indonesia

BI: Rupiah Menguat Terlalu Tajam Tak Baik Buat Indonesia

Maikel Jefriando - detikFinance
Kamis, 06 Okt 2016 15:11 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Nilai tukar rupiah sempat menguat cukup signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga mencapai level Rp 12.900an/US$. Namun, penguatan tersebut sepertinya terhenti, bahkan berbalik melemah dan kembali ke level Rp 13.000/US$.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menilai, penguatan rupiah yang terlalu signifikan, sebenarnya tidak baik bagi perekonomian negara, seperti Indonesia.

"Saya rasa masyarakat harus paham kurs menguat bukan sesuatu yang baik," ungkapnya di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (5/10/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mirza menjelaskan, Indonesia sekarang berada dalam kondisi defisit pada neraca perdagangan barang dan jasa. Dengan rupiah yang kompetitif seharusnya mampu mendorong ekspor dan mempersempit defisit.

"Jadi suatu negara yang ekspor impor barang jasanya defisit justru harus mendorong ekspor dan mengendalikan impor. Jadi kurs, instrumen dipakai untuk menyeimbangkan sehingga defisit tidak terlalu besar," paparnya.

Maka dari itu, rupiah diharapkan bisa terkendali sesuai dengan fundamentalnya. Bila defisit terlalu besar, justru ke depannya membuat ekonomi Indonesia menjadi lebih buruk.

"Kurs itu harus menggambarkan fundamental ekonomi. Fundamental ekonomi Indonesia seperti apa ekspor impornya barang dan jasa. Kondisi sekarang masih defisit, beda dengan Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, surplus. Kita masih defisit," tandasnya. (mkl/drk)

Hide Ads