Pound sterling sempat jatuh ke posisi US$ 1,1819 pada awal jam perdagangan Asia, menyentuh titik terendahnya sejak tahun 1985.
Tak lama koreksi tajam pound sterling mulai berkurang ke kisaran US$ 1,24 menjelang sore hari ini. Koreksi tajam ini juga terjadi terhadap mata uang lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koreksi tajam pound sterling terhadap dolar AS ini lebih parah dari jatuhnya poun sterling pada 24 Juni 2016 ketika hasil voting warga Inggris menunjukkan negaranya akan bercerai dengan Uni Eropa. Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Brexit.
Menurut, Analis Valas Senior dari Commonwealth Bank of Australia, Elias Haddad, beredar kabar di pasar kalau jatuhnya pound sterling tersebut merupakan kesalahan input dari broker alias fat finger error.
Fat finger errror ini merupakan istilah yang digunakan di industri keuangan ketika ada salah ketik atau salah memasukan huruf atau angka ke dalam sistem. Misalnya, kelebihan angka 0 di belakang nilai sebenarnya.
Sementara menurut Kepala Perdagangan Valas Nomura Securities, John Gorman, ada dua teori yang beredar di para pelaku pasar.
"Pertama, fat finger atau kesalahan input. Kedua, yang lebih masuk akal, adalah banyaknya aksi jual (pound sterling) terkait dengan 'Hard Brext'," katanya seperti dikutip dari CNBC, Jumat (7/10/2016).
Penyataan 'Hard Brexit' itu dikemukakan Presiden Prancis, Francois Hollande, usai makan malam bersama para petinggi Uni Eropa di Paris malam lalu.
"Inggris akan merasakan dampak atas keluarnya dari Uni Eropa. Uni Eropa siap melakukan pembicaraan supaya meredam dampaknya ini," ujar Hollande. (ang/dnl)











































