"Phapros merupakan industri farmasi yang menjadi prioritas Pemerintahan untuk Nawacita. Tugasnya yaitu obat harus merata dan terjangkau. Dengan inovasi, kami diharapkan tidak hanya menguasai pasar lokal dan siap menghadapi MEA," kata Direktur Utama PT Phapros Tbk, Barokah Sri Utami saat konferensi pers di Semarang, Rabu (26/10/2016).
Perempuan yang akrab disapa Emmy itu menjelaskan, meski pertumbuhan ekonomi nasional melambat, Phapros tercatat bisa meningkatkan penjualan sebesar 9% atau Rp 540 miliar hingga September 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertumbuhan tertinggi, lanjut Emmy, dikontribusi dari penjualan obat bebas atau Over the Counter (OTC) sebesar 40%, sedangkan market share terbesar yaitu dari obat generik 50%. Oleh sebab itu, pihaknya memproyeksikan hingga akhir 2016 akan ada pertumbuhan penjualan dan laba bersih sebanyak 18%.
"Kami memproyeksikan kenaikan penjualan dan laba bersih berkisar 18%. Angka itu di atas rata-rata pertumbuhan industri farmasi yang diproyeksikan bertambah sekitar 4%," kata dia.
Phapros memiliki rencana produksi untuk meningkatkan omzet sampai angka Rp 1 triliun pada tahun 2017. Langkah yang dilakukan yaitu meningkatkan kapasitas produksi pabrik di Simongan, Kota Semarang dan membangun pabrik baru di Ungaran, Kabupaten Semarang.
"Untuk omzet penjualan Rp 1 triliun, melalui optimalisasi pabrik di Simongan kemudian pembangunan pabrik di Ungaran," tandas Emmy.
Selain itu, ada juga perluasan jaringan bisnis hingga mancanegara. Saat ini, Phapros sedang menjajaki kerja sama ekspor dengan dua perusahaan asal Nigeria yaitu Yes Pharma International, Ltd dengan total nilai ekspor lebih dari US$ 1,4 juta dan Jeijosh Pharma & Food Co. Ltd dengan total nilai ekspor lebih dari US$ 500 ribu.
"Untuk prosesnya memang butuh waktu cukup lama karena kita juga memerlukan izin edar di sana. Kita sudah tanda tangani dokumen bulan Juli lalu, sekarang ini proses registrasi," terang Emmy.
Ia menambahkan, Phapros juga mendukung hilirisasi riset melalui kerja sama dengan lembaga penelitian contohnya soal implant trauma yang bekerja sama dengan UGM, BPPT, dan Unair.
"Hilirisasi riset dilakukan Phapros sejalan dengan roadmap industri farmasi dan Nawacita Presiden Joko Widodo," tandasnya.
Phapros juga menghadapi pasar BPJS, sehingga sebagai anak usaha dari BUMN yaitu PT Rajawali Nusantara Indonesia, penambahan kapasitas produksi diperlukan agar distribusi merata. (alg/drk)











































