Naiknya laba bersih tersebut berkat turunnya beban pokok pendapatan sebesar 22% menjadi US$ 1,313 juta dari US$ 1,675 juta sebagai hasil upaya-upaya efisiensi.
Meski demikian, pendapatan usaha perseroan tercatat turun dari US$ 2,112 miliar menjadi US$ 1,778 miliar di September 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meyakini bahwa Adaro berada di waktu dan tempat yang tepat untuk menangkap momentum ini karena perusahaan telah meningkatkan basis sumber daya dan portofolio produknya. Kami juga optimistis dengan prospek batu bara di jangka panjang, terutama di Indonesia dan wilayah Asia Tenggara lainnya," ujar dia dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (1/11/2016).
EBITDA operasional, tidak termasuk komponen akuntansi non operasional, naik 10% menjadi US$ 625 juta year-on-year. Laba inti naik 23% menjadi US$ 281 juta.
Likuiditas tetap terjaga baik pada tingkat US$ 1,044 juta, sehingga dapat menyediakan ruang fleksibilitas dan menjadi penopang dalam kondisi bisnis yang fluktuatif.
Per akhir September 2016, rasio utang bersih terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir mencapai 0,65x dan rasio utang bersih terhadap ekuitas mencapai 0,14x.
Adaro menjaga arus kas bebas yang positif sebesar US$ 352 juta karena dukungan EBITDA operasional yang solid.
Adaro menghasilkan kinerja operasional yang sehat dan total produksi batu bara pada September 2016 mencapai 39,33 juta ton (Mt), yang merupakan posisi yang baik untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan pada rentang 52 sampai 54 Mt untuk tahun 2016.
Walaupun jumlah hari hujan maupun volume curah hujan di bulan Juli dan September melebihi rata-rata, Adaro berhasil meningkatkan aktivitas pemindahan lapisan penutup dan nisbah kupas gabungan untuk September 2016 hingga mencapai 4,44x.
Adaro telah memulai aktivitas konstruksi untuk proyek Pembangkit Listrik Jawa Tengah (CJPP) berkapasitas 2x1.000 MW. (drk/hns)