Ada El-Nino, Pendapatan Astra Agro Lestari Januari-September Turun 7,34%

Ada El-Nino, Pendapatan Astra Agro Lestari Januari-September Turun 7,34%

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 04 Nov 2016 21:30 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Bogor - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), sepanjang Januari-September 2016 mengantongi pendapatan Rp 9,58 triliun atau turun 7,34% (year on year/yoy). Ini terjadi karena produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) maupun penjualan dalam 9 bulan tersebut turun masing-masing 18,5% dan 12%.

Investor Relations Astra Agro Lestari Tbk, Rudy Limardjo mengatakan, penurunan produksi dan penjualan ini terjadi karena el nino.

"Kalau kita bandingkan total antara produksi CPO pada 2015 dengan 2016 itu turun 18,5%. Itu akibat daripada cuaca tahun lalu, el nino yang cukup parah di 2015 dan memberikan akibatnya pada produktivitas kita," ujar Rudy dalam Workshop Wartawan Pasar Modal di R Hotel, Ciawi, Bogor, Jumat (4/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penguatan harga CPO yang terjadi dalam waktu empat bulan terakhir, menurut Rudy, tidak banyak membantu perseroan dalam meningkatkan pendapatannya. Hal ini karena produksi terganggu akibat el nino tadi.

"Sejalan dengan kenaikan meskipun harganya naik, kalau kita lihat kenapa revenue cost kita masih turun dibandingkan dengan periode tahun lalu, itu karena tadi volume-nya kita juga turun. Karena impact daripada cuaca el nino tahun lalu. Jadi untuk revenue turun 7,34% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," jelas dia.

Namun demikian, dibantu oleh keuntungan bersih yang didukung oleh menguatnya nilai tukar rupiah, emiten kebun sawit ini membukukan untung kurs sebesar Rp 292,25 miliar sepanjang tahun berjalan.

Kondisi itu membuat laba bersih yang dikantongi AALI naik 689,9% yoy dari Rp144,98 miliar menjadi Rp 1,14 triliun pada akhir September 2016.

"Itu karena memang ada unsur daripada keuntungan kurs yang cukup besar di tahun 2016 ini. Kalau flashback ke September 2015, itu kurs kita Rp 14.600 sekian. Kalau dibandingkan dengan kurs tahun ini cuma Rp 13.000. Jadi penguatan rupiah ini cukup signifikan. Kenapa bisa seperti itu, karena di company kita sebagain besar loannya adalah dominasi dalam utang luar negeri dan dampak keuntungan kurs ini cukup signifikan," terangnya. (hns/hns)

Hide Ads