Rencananya, gelar perkara akan dilangsungkan esok hari dan dilakukan secara terbuka. Hal tersebut sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) di mana tak hanya terbuka, tapi juga cepat dan transparan.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut, Polri akan memutuskan perkara dalam waktu 2 minggu, untuk menyelesaikan proses penyelidikan serta menentukan penyidikan dan tersangka atau tidak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irma, salah satu karyawan swasta mengaku akan berangkat umrah pada akhir November ini. Ia mengaku, membeli dolar untuk mempersiapkan bekalnya lebih cepat karena takut rupiah makin melemah jika tidak dilakukan segera mungkin.
"Takut juga karena kan Ahok itu diperiksa minggu depan, jadi sekarang persiapan beli dolar, takut tambah naik harganya," ujar Irma saat ditemui detikFinance, di Money Changer Ayu Masagung, Jakarta Pusat, Minggu (6/11/2016).
Informasi saja, naik-turunnya rupiah berbanding terbalik dengan dolar AS. Saat rupiah melemah, otomatis dolar AS menguat. Jika rupiah melemah, kebutuhan untuk membeli dolar AS akan lebih mahal karena nilai tukar dolar AS menguat.
Irma mengaku membeli dolar AS lebih cepat untuk mengantisipasi terus melemahnya rupiah.
"Minggu lalu tanggal 23 Oktober telepon ke sini, beli dolar sekitar Rp 13.095. Sekarang itu Rp 13.100 pecahan kecil, pecahan besarnya sekitar Rp 13.130 kan lumayan tinggi juga naiknya segitu," kata Irma.
Berbeda dengan Abdul. Dia mengatakan, usai demo 4 November lalu, saat ini mata uang rupiah tidak terlalu berdampak signifikan kepada dolar AS. Ia menyebut, kurs saat ini masih cenderung normal.
"Masih normal, biasanya kalau kondisi dalam negeri nggak aman ngaruh ke rupiah. Kemarin demo besar-besaran tapi surprise juga nggak terlalu ada perubahan yang signifikan. Kalau di sini kursnya normal nggak ada perubahan yang signifikan," kata Abdul.
Mengutip data perdagangan Reuters, Minggu (6/11/2016), dolar AS bertengger di posisi Rp 13.114. (drk/drk)











































