Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi 'Boy' Thohir menyatakan, kenaikan harga batu bara ini tentu akan meningkatkan kinerja keuangan Adaro. Apalagi pihaknya sudah melakukan upaya efisiensi biaya produksi batu bara sejak 4 tahun lalu.
"Kita di Adaro sudah berupaya sedemikian rupa untuk menekan cost produksi dengan efisiensi. Tentunya dengan langkah yang sudah kita lakukan 3-4 tahun ini, kita lihat kenaikan harga di pasar, saya optimistis performa Adaro ke depan akan lebih baik," kata Boy saat ditemui di Tempo Scan Tower, Jakarta, Senin (7/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau kebijakan itu tidak dilanjutkan oleh pemerintah China, tentu harga batu bara akan kembali turun, itu di luar kendali korporasi.
"Demand sebetulnya nggak naik, supply yang turun karena kebijakan pemerintah China. Dengan pengurangan jam kerja dan beberapa tambang kecil-kecil yang ditutup, itu terjadi penurunan supply sekitar 300 juta ton. Itu yang menyebabkan harga berfluktuasi. Tapi apakah pemerintah China akan terus menerapkan kebijakan itu? Itu tidak bisa kita kontrol," tutur pria yang beken disapa Boy Thohir ini.
"Yang namanya harga jual itu nggak ada yang bisa memprediksi apakah kenaikan ini bisa sustain atau tidak. Tapi yang pasti karena kita cukup efisien, saya yakin ke depan kita lebih baik," Boy melanjutkan.
Membaiknya harga batu bara juga tidak langsung mendorong Adaro untuk menaikkan produksi. Boy menjelaskan, kapasitas produksi tidak bisa dinaikkan secara mendadak, perlu investasi baru. Rencana produksi juga dibuat untuk jangka panjang, tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga di pasar. Produksi batu bara Adaro tetap 52-54 juta ton per tahun di tahun ini dan 2017.
"Kita tidak ada revisi target (produksi), kita sudah punya plan jangka panjang. Yang namanya tambang nggak bisa harga bagus langsung naikkan produksi dari 10 juta ton jadi 20 juta ton. Kapasitas produksinya kan sudah ada. Produksi kita tetap 52-54 juta ton per tahun," ujar Boy.
Agar kinerjanya tetap stabil, Adaro juga tak hanya bergantung pada bisnis pertambangan, diversifikasi telah dilakukan. Di samping pertambangan, Adaro juga berbisnis logistik dan pembangkit listrik. Dengan begitu, ketika salah satu sumber pendapatannya jatuh, sumber pendapatan lain bisa menutupi.
"Kita tidak hanya mengandalkan pendapatan dari kenaikan harga batu bara. Adaro selalu konsisten untuk jangka panjang, kita tidak akan bergantung pada 1 engine. Dengan 3 engine yaitu mining, logistik, services and power kita bisa terus tumbuh," tutup Boy. (hns/hns)