Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, unggulnya Donald Trump atas Hillary Clinton dalam Pemilu Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) cukup memberikan sentimen negatif terhadap bursa saham di dunia dan Asia termasuk Indonesia.
Trump dinilai banyak tidak disukai kalangan pelaku pasar keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenapa Trump tidak disukai market?
"Karena dalam dunia ekonomi itu tidak suka ketidakpastian, kalau Trump naik (menang), itu Trump kebijakannya beda dengan Obama, dan kita tidak tahu jelas, jadi ada ketidakpastian, market nggak suka, contohnya mengenai ISIS, sangat beda dengan Obama. Kalau Obama: Muslim is friend, kalau Trump, Muslim is enemy, dia opposite-nya Obama," papar David.
Selain itu, David mengatakan, para pelaku pasar menilai kebijakan Trump akan ekstrim sehingga tidak bersahabat dengan pasar keuangan.
"Bagi ekonom, kebijakan Trump diperkirakan akan ekstrim. Misalnya kebijakan Trump, melakukan kompetisi dengan China dengan memberlakukan bea masuk produk China ke AS agar tidak bersaing dengan produk AS," tandasnya. (drk/dna)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 