Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan ketidakpastian ekonomi dunia, dan sentimen negatif pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.
"Sejak awal November hingga 16 November 2016, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53% menjadi Rp13.378 per dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca pemilu AS," tutur Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, dalam jumpa pers di Gedung Thamrin BI, Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meski demikian, tekanan depresiasi yang terjadi pada rupiah relatif terbatas dibandingkan tekanan yang terjadi pada mata uang negara emerging lainnya," tutur Agus.
Secara umum, nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini masih mengalami apresiasi atau penguatan 2,97%. BI juga akan melakukan berbagai upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap sesuai dengan fundamentalnya.
"Secara year to date (ytd) nilai tukar rupiah masih menguat 2,97%. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," tutur Agus. (wdl/wdl)