Benarkah Rupiah Perkasa Terhadap Dolar AS Tanda Ekonomi RI Baik?

Benarkah Rupiah Perkasa Terhadap Dolar AS Tanda Ekonomi RI Baik?

Maikel Jefriando - detikFinance
Jumat, 09 Des 2016 15:00 WIB
Benarkah Rupiah Perkasa Terhadap Dolar AS Tanda Ekonomi RI Baik?
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Pergerakan nilai tukar rupiah tidak mutlak menjadi gambaran dari kondisi perekonomian Indonesia. Ekonomi dapat dikatakan baik, bila nilai tukar bisa bergerak stabil sesuai dengan fundamental perekonomian.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adhistyaswara mengakui bahwa nilai tukar memang menjadi topik terhangat bagi masyarakat umum. Ketika rupiah menguat terhadap dolar AS, ekonomi langsung dianggap baik, begitu juga sebaliknya.

"Tapi sebenarnya tidak bisa seperti itu pemahamannya," kata Mirza dalam seminar bertajuk Unlocking Public and Private Investment in Indonesia: Role of Financial Sector di Hotel Hilton, Bali, Jumat (9/12/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2008, arus modal yang masuk ke dalam negeri begitu deras, sehingga mendorong penguatan rupiah. Dolar AS bahkan mencapai level Rp 9.000-an. Penguatan rupiah saat itu membuat industri dalam negeri justru tidak berkembang, karena banyak kalangan dunia usaha lebih memilih untuk melakukan impor.

Kemudian 2013 ada gejolak global yang datang dari Amerika Serikat (AS) yang menghentikan program stimulus. Hal tersebut mendorong arus modal kabur dari dalam negeri dan membuat rupiah mulai naik. Hingga dolar AS berada pada level Rp 13.000-an.

Pergerakan rupiah yang begitu cepat menambah kepanikan di pasar keuangan. Sehingga dilakukan upaya reformasi struktural, baik dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk meyakinkan investor bahwa Indonesia menjaga dengan disiplin.

"Kita keluarkan kebijakan dan dengan disiplin terus dijalankan dengan sekarang," tegas Mirza.

Rupiah sempat mengalami penguatan cukup signifikan saat program pengampunan pajak atau tax amnesty. Akan tetapi, penguatan tersebut tidak boleh terlalu jauh, sebab harus mempertimbangkan komponen lainnya. Termasuk pada ekspor.

"Jadi menguat pun harus perlahan, begitupun kalau melemah, jadi sesuai fundamentalnya. Sehingga ada kestabilan dan menjaga kondusifitas pada investor," kata Mirza. (mkl/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads