"Nilai tukar rupiah di akhir tahun Rp 13.436/US$, akhir tahun ini sekitar Rp 13.300/US$, kami optimistis ada kemungkinan rupiah bisa menguat di akhir tahun," kata Eric di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (17/1/2017).
Akan tetapi, menurutnya rupiah tidak selalu menguat sepanjang tahun. Akan ada fluktuasi khususnya pada kuartal II karena ada dana masuk dari repatriasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, faktor fluktuasi lainnya misalnya kenaikan suku bunga bank central AS the fed fund rate yang diperkirakan akan naik sebanyak 3 kali. Namun, kenaikan tersebut telah diantisipasi pasar global sehingga tidak terlalu mempengaruhi gejolak pasar.
"Belum lagi kalau The Fed itu naikin 3 kali 0,25% 0,25% mungkin ada pressure sedikit, tapi berbeda dengan kenaikan pertama, kenaikan ketiga keempat dan kelima ini sudah lebih banyak diantisipasi oleh market," ujarnya.
Ia memperkirakan rupiah bergerak berdasarkan fundamental berada di kisaran Rp 12.400-Rp 13.000. Namun, jika ada gangguan diperkirakan Rp 13.300-Rp 13.800.
Meski begitu, dia memprediksi rupiah akan kembali menguat terhadap dolar AS. Hal itu seiring tindakan stimulus yang dilakukan BI untuk mempertahankan kurs rupiah.
"Kalau ada noises diperkirakan berkisar dari Rp 13.300 sampai Rp 13.800, tapi biasanya BI akan masuk untuk stabilisasi. Rupiah pernah ke Rp 13.850 sekian pas di tengah hari, kemudian BI masuk, lalu saat penutupan kembali turun Rp 13.500. Saya masih lihat BI masih ada peran amunisi untuk mempertahankan rupiah," ujar Eric. (dna/dna)











































