Penguatan nilai tukar dolar diperkirakan terjadi pada mata uang Euro dan mata uang negara-negara Asia. Penguatan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang dunia diprediksi seiring membaiknya ekonomi AS dan kebijakan pro AS yang akan diterapkan Trump.
"Kebijakan fiskal AS akan memberikan dampak yang baik terhadap dolar AS. Dolar AS akan mengalami penguatan dibandingkan mata uang negara berkembang," jelas Asia FX Strategist Standard Chartered Bank Divya Devesh dalam acara 2017 Standard Chartered Bank Global Research Briefing di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun lalu, lanjut Devesh, rupiah menjadi salah satu mata uang yang mengalami apresiasi tertinggi di Asia dan bahkan di negara berkembang. Dirinya menambahkan, fundamental ekonomi saat ini cukup baik, bahkan jika dilihat dari sisi defisit transaksi berjalan, inflasi dan harga komoditas juga memberikan dampak yang baik terhadap penguatan rupiah.
"Kami mengatakan fundamental ekonomi untuk rupiah cukup kuat seperti terkelolanya CAD, inflasi dan neiknya harga komoditas. Serta pertumbuhan ekonomi yang juga menarik," tutur Devesh.
Devesh memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun ini berada di kisaran Rp 13.500-Rp 14.000 per dolar AS. Meski demikian, dirinya menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia terbilang baik.
"Dari fundamental ekonomi rupiah masih sangat bagus. Rp 13.500-Rp 14.000 adalah kisaran rupiah terhadap dolar AS di tahun ini," tegas Devesh.
Menanti Realisasi Kebijakan Trump
Senior Economist Standard Chartered Bank Aldian Taloputra menambahkan, Trump membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk merealisasikan janji kampanyenya ke dalam bentuk kebijakan. Hal ini dikarenakan penerapan kebijakan membutuhkan persetujuan dari parlemen yang harus dibahas dan dikaji lagi lebih dalam.
"Kalu kita lihat kebijakannya butuh waktu. Dia enggak mungkin bisa langsung, mungkin masuk ke parlemen," tutur Aldian pada kesempatan yang sama.
Meskipun di dalam parlemen mayoritas diduduki oleh Partai Republik yang mengusung Trump, Aldian menilai hal tersebut bukan menjadi jaminan realisasi kampanye Trump akan direstui di dalam kongres.
"Kalau kita lihat parlemen itu juga Trump dia Republikan mayoritas, tidak artinya semua kebijakannya akan didukung oleh kongresnya," kata Aldian.
Aldian menilai, realisasi janji kampanye Trump yang mungkin dilakukan dalam waktu dekat adalah pemangkasan pajak. Tarif pajak yang rendah memang menjadi fokus utama Partai Republik. "Mungkin yang paling cepat adalah pemotongan pajak. Karena ini termasuk yang disetujui kongres, Republikan senang pajak rendah," ujar Aldian.
Mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan AS Fed Fund Rate (FFR) juga diperkirakan akan disesuaikan dengan kondisi pasar. Jika inflasi di AS menunjukan kenaikan, maka kenaikan suku bunga acuan AS tak bisa terhindarkan.
"Kalau kebijakan ekspansif sekali dan sekarang di AS sudah full employment kan inflasi bisa tinggi sekali, itu akan naik kenceng. Sentral bank AS juga lihat," tutupnya. (mkj/mkj)