Sebenarnya saham-saham Grup Bakrie sebelum dihempas oleh badai krisis tersebut sempat berada di harga yang fantastis. Seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang pernah mencapai titik tertinggi di level Rp 8.300 per saham pada 16 Juni 2008.
Namun di tahun yang sama saham-saham Bakrie mulai berguguran. Saham BUMI juga ikut terseret ke level Rp 50 per lembar pada 28 Juli 2015.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pada 10 Juni 2016 saham BUMI mulai merangkak naik dan ditutup di level Rp 67 per saham. Kemudian kembali bergeliat, pada 20 Oktober 2016 BUMI berhasil naik ke level Rp 123.
Kenaikan saham BUMI lantaran adanya sentimen positif dari rencana perseroan yang ingin melakukan restrukturisasi utang dengan melakukan konversi utang menjadi saham. Sejak saat itu saham BUMI terus melejit hingga posisi Rp 505 pada 27 Januari 2017.
Demikianlah data perdagangan yang dikutip detikFinance, Kamis (9/2/2017).
Kendati begitu, saham BUMI dijuluki sebagai saham zombie. Menurut Analis Saham Ellen May, saham 'Zombie' adalah sebutan untuk saham yang sudah tidur lama di liang kubur kemudian bangkit tiba-tiba. Namun ada kemungkinan bisa kembali ke liang kubur.
Namun sejak menyentuh level tertingginya, saham BUMI perlahan turun dan bergerak di atas level Rp 400. Hari ini hingga pukul 10.15 WIB saham BUMI berada di level Rp 440 menguat 10 poin dari pembukaan pagi tadi di level Rp 430.
Sementara saham BRMS mulai meninggalkan julukan saham 'gocap' sejak 19 Oktober 2016 dan terus bergerak hingga level tertinggi Rp 149 di 2 Februari 2017. Sedangkan DEWA bangkit sejak 6 Januari 2017 dan menyentuh level tertinggi di level Rp 95 pada 31 Januari 2017.
Lalu ELTY mulai menguat pada 26 Januari 2017 ke level Rp 52 dan menyentuh level tertinggi hingga hari ini yang sudah tembus diatas Rp100. ENRG juga menguat sejak 26 Januari dan menyentuh level tertinggi pada 30 Januari 2017 di level 82. Sedangkan UNSP dan MFTN masing-masing hari ini beradi di level Rp 81 dan Rp 58. Sementara hanya saham BNBR dan BTEL yang masih betah di level Rp 50.
(mkj/mkj)