Indeks sektor tambang pada penutupan perdagangan Jumat akhir pekan lalu, ditutup menguat 0,55% ke level 1.428. Angka tersebut naik 2,5% bila dibandingkan posisi awal tahun, yang berada di angka 1.392.
Pada 2 Februari 2016 sektor tambang mencatatkan penguatan tertinggi pada tahun ini, yaitu sebesar 1,81% menuju 1.456. Namun keesokan harinya kembali terperosok 1,25% ke 1.438.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga komoditas yang tadinya stagnan terus bergerak. Pasar pun masih merespons penguatan batu bara," ujarnya kepada detikFinance.
Banyak pihak yang percaya penguatan sektor tambang akan berlangsung dalam jangka panjang. Namun para pelaku pesar diimbau untuk tidak terlalu nafsu terhadap saham-saham di sektor ini.
Perlu dilihat fundamental dari saham-saham sektor tambang. Meski harga batu bara membaik, namun kondisi keuangan perusahaan juga harus dilihat. Sebab, belakangan ini pasar modal Indonesia dihebohkan dengan bangkitnya saham-saham gocap milik Grup Bakrie yang rata-rata bergerak di bidang pertambangan.
Menurut Reza penguatan saham-saham Bakrie yang dimotori oleh saham PT Bumi Resources Bk (BUMI) lebih dikarenakan adanya upaya dari perusahaan yang ingin melakukan restrukturisasi utang melalui rights issue.
"Jadi pasar pun tanpa melihat rasio keuangan atau fundamental perusahaan sendiri," imbuhnya.
Pada RUPS BUMI beberapa hari yang lalu, sebanyak 99,96% pemegang saham sepakat atas rencana tersebut. Harga pelaksanaan rights issue dipatok pada level Rp 926, sehingga maksimal dana yang akan diraih lewat HMETD sebesar Rp 35,1 triliun.
Lewat rights issue tersebut, maka jumlah utang yang akan dikonversi melalui penerbitan saham baru atau rights issue sebesar US$ 2,01 miliar. Sementara untuk konversi melalui OWK senilai US$ 639 juta. (wdl/wdl)