Presiden Direktur Ari Saptari Hudaya menjelaskan, raihan laba tersebut lantaran perseroan berhasil menekan biaya produksi. Sehingga BUMI bisa bertahan di tengah anjloknya harga komoditas batu bara di 2016.
"Kita selalu jaga cost, itu yang membuta kinerja kami positif," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (23/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan keuangan BUMI tercatat biaya bahan bakar di 2016 hanya US$ 3,8 per ton batu bara. Sedangkan biaya bahan bakar di 2015 sebesar Us$ 5,6 per ton batu bara.
"Kita memang tidak bisa menentukan harga bahan bakar itu pemerintah, tapi kita bisa menekan penggunaannya. Ini akan kita lakukan terus," imbuhnya.
Biaya operasional BUMI di 2016 sebesar US$ 37,6 juta. Sementara dari sisi pendapatan BUMI 2016 sebesar US$ 23,4 juta. Namun ada porsi penghasilan lainnya sebesar US$ 67,1 juta.
Sehingga penghasilan sebelum kena pajak BUMI sebesar US$ 52,9 juta. Kemudian ditambah dengan keuntungan beban penghasilan pajak sebesar US$ 86 juta.
Sementara produksi batu bara BUMI di 2016 juga meningkat dari 81 juta metrik ton menjadi 86 juta metrik ton. Sedangkan cadangan batu bara saat ini sebesar 2,16 miliar ton, sementara sumber daya batu bara mencapai 12,35 miliar ton. (dna/dna)