Pendapatan bersih Adaro sebenarnya menurun 6%, dari US$ 2,68 miliar atau Rp 34,84 triliun pada 2015 menjadi US$ 2,52 miliar atau Rp 32,76 triliun di 2016. Namun beban pokok pendapatan mengalami penurunan lebih besar lagi, yakni 14% dari US$ 2,14 miliar atau Rp 27,82 triliun menjadi US$ 1,83 miliar atau Rp 23,79 triliun.
EBITDA operasional, yang tidak termasuk komponen akuntansi non operasional, naik 22% menjadi US$ 893 juta year on year (yoy).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Garibaldi menambahkan, Adaro mempertahankan likuiditas yang kuat pada US$ 1,15 miliar, yang menyediakan fleksibilitas serta penunjang terhadap kondisi pasar yang fluktuatif.
"Neraca terus membaik dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir sebesar 0,42 kali dan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0,10 kali," ucapnya.
"Sekali lagi kami mencatat satu tahun yang mencetak kinerja keuangan yang solid di tengah kondisi pasar batubara yang bergejolak," tutupnya. (mca/mkj)