Namun perusahaan sepak bola dinilai tidak memiliki daya tarik kepada investor pasar modal. Sebab industri persepakbolaan nasional sendiri masih berantakan.
"Ya itu yang nantinya jadi pertanyaan pelaku pasar. Pelaku pasar pasti melihat kinerja fundamentalnya, terkait juga prospek," kata Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada saat dihubungi detikFinance, Kamis (9/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak seperti liga-liga profesional di luar negeri yang bergulir secara rutin. Hal itu memberikan kepastian atas perkembangan klub perusahaan. Oleh karena itu beberapa klub sepak bola internasional seperti Manchester United, Lazio, Juventus, AS roma dan Borussia Dortmund sudah menjadi emiten di pasar modal.
"Kalau kaya di luar itu kan terlihat bagaimana setiap tahun ada musim kompetisi, dan pemasukan aset klub2 di luar itu selain dari menang kompetisi mereka dapat hadiah. Belum lagi dari merchandise dan hak siar tv. Jadi kinerjanya bisa diukur," imbuhnya.
Sementara di Indonesia baru tahun ini akan digelar kompetisi resmi yang bernama Liga 1. Kompetisi resmi tersebut sebelumnya bertajuk Indonesia Super League (ISL).
"Kalau sepak bola di dalam negeri bukan bermaksud mengecilkan, tapi standarnya tidak seperti di luar. Kompetisi juga belum jelas akan rutin setiap tahun. Itu akan jadi problem, jadi pertanyaan buat investor nantinya," pungkas Reza. (ang/ang)