Menurut data Kementerian ESDM harga batu bara acuan pada Maret 2017 berada di level US$ 81,9 per metrik ton. Sementara berdasarkan bursa Rotterdam harga batu bara masih berada di level US$ 75,35 per meterik ton. Padahal pada akhir tahun lalu harga batu bara bisa tembus US$ 100 per metrik ton.
Menurut Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyamba pelemahan harga belakangan ini lebih disebabkan karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan dolar AS sendiri dipengaruhi sentimen kenaikan suku bunga oleh The Fed.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, turunya harga batu bara juga dipengaruhi para perusahaan batu bara di seluruh dunia yang menaikan produksinya tahun ini. Sebab mereka merespons rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin meningkatkan perindustrian dalam negerinya.
"Kalau industri naik mereka pikir produksinya akan naik, maka butuh batu bara. Tapi itu kan proyeksi, sementara sentimen melihat kondisi saat ini. Produksi naik tapi permintaannya kan belum naik. Maka harganya akhirnya melemah," imbuhnya.
Reza pun memprediksi bahwa tren negatif harga batu bara tidak akan berlangsung lama. Menurutnya jika The Fed sudah mengambil keputusan jadi atau tidaknya menaikan suku bunga maka tekanan harga batu bara akan berkurang.
"Untuk sementara kami melihat hanya sampai The Fed melakukan penguman. Karena keputusan The Fed sedang pengaruhi secara real. Permintaan batu bara itu fundamental, tapi harga tetap dipengaruhi sentimen juga," imbuhnya.
Sama seperti Reza, Analis Samuel Sekuritas Muhamad Al Fatih juga memprediksi saham-saham emiten batu bara akan kembali pulih dalam waktu dekat. Namun menurutnya penurunan harga batu bara lebih disebabkan karena anjloknya harga minyak mentah dunia.
"Kalau saya pribadi menlihat tren turun ini bersifat sementara merespons penurunan harga minyak," tuturnya.
Sebagai informasi, pada penutupan Jumat 10 Januari, indeks saham tambang melemah 2,15% ke level 1.363. Penurunan indeks sektoral tersebut disinyalir lantaran penurunan harga saham untuk emiten batu bara.
Benar saja saham emiten batu bara seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terjun bebas. Pada 10 Maret 2017 saham ADRO melemah hingga 5,04% ke level Rp1.600. Hari ini saham ADRO sedikit menguat pada penutupan jeda siang sebesar 1,56% ke posisi Rp 1.625.
Kemudian saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) pada Jumat kemarin juga turun 6,19% ke level Rp 16.300 per saham, lalu pulih pada jeda siang hari ini naik 0,92% ke level Rp16.450. Sementara saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) pada perdagangan jelang akhir pekan kemarin juga turun 4,38% ke level Rp 10,375 per saham. (ang/ang)











































