Ketika dikonfirmasi perihal tersebut, John belum bisa memastikan apakah benar ditunjuk sebagai komut perusahaan yang menjadi wasit perdagangan di pasar modal tersebut.
"Baru ada surat dari OJK, tapi kan prosesnya menunggu RUPST BEI dulu minggu depan," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Kamis (15/6/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pengalamannya sebagai Dubes di Korsel, dia melihat pasar modal Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan pasar modal di Korsel.
"Saya pernah jadi Dubes di Korsel. Investor di Korsel itu luar baisa besarnya. Market cap (kapitalisasi pasar) di Korsel itu kurang lebih 90% dari GDP-nya. Jadi kita sebenarnya masih punya banyak potensi, tapi bukan berarti bahwa besok juga bisa kita selesaikan," imbuhnya.
Selain jadi Dubes di Korsel, John mengaku juga pernah bekerja di berbagai lembaga konsultan dunia, seperti Andersen Worldwide. Dia juga mempunyai pengalaman di dunia bisnis dengan menjabat sebagai komisaris di beberapa perusahaan.
"Saya dulu pimpinan Andersen, saya punya 20.000 staf akuntan di Jepang, China, Australia. Kemudian kebetulan oleh pak SBY (Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono) saya ditugasi menjadi dubes," tukasnya. (ang/ang)











































