Cerita Sevel yang Rugi Bertahun-tahun Hingga Tutup Seluruh Gerai

Cerita Sevel yang Rugi Bertahun-tahun Hingga Tutup Seluruh Gerai

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 23 Jun 2017 16:04 WIB
Sevel Tutup Seluruh Gerai (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta - Seluruh gerai 7 Eleven (Sevel) akan ditutup pada 30 Juni tahun 2017 ini. Alasannya, lantaran perusahaan gagal mendapat modal tambahan untuk memperbaiki kinerja perusahaan menyusul batalnya rencana akuisisi oleh Charoen Pokphan Indonesia (CPIN).

Sekitar Awal April 2017 lalu, detikFinance sempat berbincang dengan Corporate Secretary PT Modern Putra Indonesia, Tina Novita. Ia mengatakan penutupan gerai yang sudah dimulai sejak awal tahun ini karena ada beberapa toko tidak dapat mencapai target perusahaan.

Ia mengatakan, sejak tahun 2015, pendapatan Sevel menurun karena situasi ekonomi sedang melemah, terdapat daya saing yang tinggi antar minimarket. Serta melemahnya daya beli konsumen sehingga perusahaan mengevaluasi kinerja toko yang tidak mencapai target untuk mengurangi biaya operasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, tercatat penjualan Sevel pada 9 bulan pertama 2016 hanya bisa mencapai Rp 526,2 miliar. Turun hingga 23,4% dibanding periode yang sama tahun 2015 yang mencapai Rp 686,6 miliar.

"Kebanyakan karena penjualannya turun karena waktu itu tahun 2015 ekonomi sedang tidak bagus kan, daya saing tinggi, konsumer belinya rendah jadi angkanya itu performanya menurun," ujar Tina, ketika dihubungi detikFinance kala itu.

Selain itu, terdapat penurunan penjualan akibat larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minol. Aturan tersebut mulai berlaku efektif 17 April 2015.

Akibat penurunan penjualan akibat larangan penjualan minuman beralkohol itu, dan menurunnya permintaan terhadap snack alias camilan, beberapa gerai Sevel terpaksa ditutup karena tidak mencapai target penjualan. Penutupan toko tersebut untuk mengurangi kerugian akibat beban biaya operasional seperti membayar pajak, dan kewajiban membayar listrik dan sewa.

"Salah satunya minuman beralkohol itu dilarang jadi penjualannya berkurang, penurunan pembelian snack-snack seperti kacang-kacangan juga, dan sebagian karena untuk toko-toko yang performanya turun dia tidak bisa bayar listrik. Supaya kita tidak terlalu rugi banyak, mau tidak mau tutup," ujar Tina.

Ia mengatakan ada juga sebagian toko yang masa sewanya habis tahun ini di tambah kinerjanya tidak sesuai target. Dengan begitu, perusahaan melakukan review atau evaluasi ulang sehingga menurutnya penutupan ini adalah hal yang wajar.

"Ada juga yang masa sewanya habis. Gerai tutup sudah dari 2015, itu sesuai strategi perusahaan, ada konsolidasi, kita me-review gerai-gerai yang performanya tidak baik, kalau itu untuk mengurangi biaya operasi," ujar Tina. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads