Akankah Saham Sektor Transportasi Naik Pasca Lebaran?

Akankah Saham Sektor Transportasi Naik Pasca Lebaran?

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 02 Jul 2017 16:09 WIB
Akankah Saham Sektor Transportasi Naik Pasca Lebaran?
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Lebaran seharusnya juga membawa berkah bagi perusahaan-perusahaan transportasi. Sebab maraknya masyarakat perkotaan yang melakukan mudik. Namun ternyata, musim mudik tahun ini sepertinya tidak menjadi berkah bagi pergerakan saham transportasi.

Hal itu, terilhat dari pergerakan saham sejumlah emiten transportasi yang tak banyak bergerak jelang libur lebaran. Padahal, menurut nalis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, harusnya imbas positif bisa mulai terlihat pada perdagangan terakhir sebelum libur.

"Yang kita harapkan naik seperti GIAA dan LRNA malah tidak naik. Seharusnya dengan adanya mudik, Harusnya keduanya bisa mendapatkan berkah. Kalau saya lihat pasar belum melihat kondisi itu," kata Reza Priyambada saat dihubungi detikFinance, Minggu (2/7/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengintip data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), pada perdagang terkahir sebelum libur Lebaran saham ini hanya menguat 4 poin atau 1,16% ke Rp 348 per saham. GIAA juga cenderung melemah jika melihat pada posisi di awal Juni 2017 di level Rp 358.

Begitu pula dengan saham PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA). Saham dari emiten yang bergerak di sektor transportasi darat ini diakhir perdagangan sebelum liburan justru melemah 6 poin atau 4,41% ke level Rp 130.

Lalu saham PT Transportasi Indonesia Tbk (WEHA) juga melemah cukup dalam 4,33% ke level Rp 199. Meskipun saham dari emiten pemilik moda transportasi White Horse ini cenderung menguat sepanjang bulan lalu.

Sementara saham di sektor transportasi yang menguat justru PT Blue Bird Tbk (BIRD). Saham BIRD sepanjang Juni 2016 tercatat menguat 14,79% dari posisi Rp 4.190 ke level Rp 4.810 per saham. Penguatan tertinggi terjadi pada 6 Juni 2017 sebesar 5,83% ke level Rp 4.540 per saham.

Menurut Reza pelaku pasar belum begitu percaya bahwa peningkatan penumpang akan berkolerasi dengan peningkatan kinerja GIAA dan LRNA. Sebab dengan meningkatnya penumpang berkolerasi dengan peningkatan biaya over head.

"Dengan naiknya tiket pasar belum melihat itu keuntungan, karena overhead-nya naik. Belum bayar supir atau pilotnya pasti lebih tinggi, itu juga akan memberikan tambahan biaya," imbuhnya.

Apalagi kedua emiten tersebut masih mengalami kerugian. LRNA tercatat sepanjang 2016 mengalami kerugian sebesar Rp 28,49 miliar. Sementara GIAA hingga kuartal I 2017 juga masih mengalami kerugian Rp 1,3 triliun.

"Kinerja keuangan juga berpengaruh. Masuk bulan puasa kemarin pasar tidak melihat tambahan okupansi penumpang akan bisa mendorong kinerja," tambah Reza. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads