Alasan 7-Eleven Tutup, Bisnis Rancu antara Restoran dan Minimarket

Alasan 7-Eleven Tutup, Bisnis Rancu antara Restoran dan Minimarket

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 03 Jul 2017 10:34 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch Ratings meyakini penutupan seluruh gerai 7-Eleven (Sevel) di Indonesia bukan permasalahan secara industri, melainkan kondisi dari jenis franchise yang berbeda itu sendiri.

Fitch Ratings meyakini keputusan PT Modern Internasional Tbk (MDRN) untuk menutup seluruh gerai Sevel merupakan imbas risiko yang ditimbulkan dari regulasi dan model bisnis yang kurang solid.

Bisnis Sevel memang sedikit terguncang sejak keluarnya kebijakan pemerintah yang melarang penjualan minuman beralkohol di tempat-tempat tertentu. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fitch juga meyakini tumbangnya Sevel di Indonesia juga diperburuk dengan tidak jelasnya model bisnis Sevel yang seperti perpaduan toko swalayan dengan restoran cepat saji sehingga harus menghadapi persaingan di dua lapangan berbeda. Risiko yang dialami Sevel juga sama dengan bisnis restoran cepat saji lainnya dengan persaingan yang sangat ketat.

"Profil risiko bisnis ini secara signifikan berbeda dari minimarket lainnya seperti Alfamart dan Indomaret yang lebih menekan pada penjualan produk serta memperbesar jaringan di seluruh wilayah," kata riset Fitch Ratings dilansir dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/7/2017).
Sevel juga sulit bersaing dengan mini market lainnya karena beban biaya sewa yang lebih tinggi. Umumnya Sevel hadir lebih luas lantaran adanya area kursi dan meja sehingga membuat sewa lebih mahal dibanding minimarket lainnya yang lebih kecil.

Selain itu jaringan toko Sevel juga sebagian besar ada di Jakarta dengan lokasi yang strategis. Sehingga biaya sewa tentu jauh lebih besar dibanding Alfamart dan Indomaret yang berada di wilayah terpencil dekat dengan pemukiman penduduk.

Alhasil gerai Sevel mulai bertumbangan sejak 2015 yang tutup sekitar 20 toko. Kemudian 2016 disinyalir Modern Internasional menutup 20 toko. Hingga akhirnya pada 30 Juni 2017 kemarin seluruh gerai Sevel ditutup. (ang/ang)

Hide Ads