Direktur Modern Internasional Donny Susanto menegaskan, kebijakan pelarangan penjualan minuman beralkohol bukan menjadi penyebab utama Sevel gulung tikar. Meskipun hal itu juga cukup berpengaruh.
"Kami tidak menyalahkan pemerintah, tapi ini keputusan yang mempunyai risiko. Peraturan pelarangan minuman beralkohol jelas mempengaruhi, tapi bukan penyebab utama," tuturnya dalam acara Public Exposes Isidentil di Kantor Pusat Sevel, Jakarta, Jumat (14/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu Donny mengakui PT Modern Sevel Indonesia (MSI) mulai terguncang pada 2015. Bahkan saat ini gerai-gerai sudah mulai berguguran.
Namun dia memandang ada banyak hal yang menyebabkan Sevel Indonesia gulung tikar. Pertama perseroan terlalu agresif dan bernafsunya dalam mengembangkan Sevel di tahun-tahun pertama. Hal itu membuat beban biaya operasi membengkak di laporan keuangan.
Selain itu, kondisi perekonomian saat itu juga tengah melemah. Daya beli masyarakat menurun drastis. Ditambah lagi peta persaingan di ranah bisnis convenience store semakin ketat.
"Tahun 2009-2010 semua kompetitor masuk kompetisi cepat sekali berkembang. Banyak yang keluarin produk murah," imbuhnya.
Menurut laporan keuangan konsolidasian MDRN kuartal I 2017 (tidak diaudit), perusahaan ini masih mengalami kerugian sebesar Rp 447,9 miliar. Angka tersebut berbanding terbalik dengan kondisi perseroan di kuartal I 2016 yang masih mampu membukukan laba sebesar Rp 21,3 miliar.
Adapun total liabilitas (kewajiban) MDRN di kuartal I 2017 mencapai Rp 1,38 triliun sedangkan total asetnya mencapai Rp 1,57 triliun. Jika dibagi rasio solvabilitas MDRN adalah 0,88 kali. Kewajiban itu sebagian besar dari Sevel. (ang/ang)











































