Benarkah PT IBU Kantongi Margin Untung Beras 100% Lebih?

Benarkah PT IBU Kantongi Margin Untung Beras 100% Lebih?

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 25 Jul 2017 08:15 WIB
Foto: Nugroho Tri Laksono/detikcom
Jakarta - Sebanyak 1.161 ton beras milik PT Indo Beras Unggul (PT IBU) disita oleh Satgas Pangan pekan lalu. Anak usaha dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) itu diduga melakukan pengoplosan beras subsidi menjadi beras premium.

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menuding PT IBU mengambil margin keuntungan hingga lebih dari 100%. Sebab beras subsidi jenis IR 64 itu harganya sekitar Rp 6.000-Rp 7.000 per kilogram (kg), namun dijual oleh PT IBU dengan kemasan premium hingga Rp 20.400 per kg.

Menurut Analis First Asia Capital, David Sutyanto, bila benar tudingan tersebut maka dapat ditelusuri dari laporan keuangan sang induk, yaitu AISA, yang merupakan perusahaan terbuka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam perusahan terbuka yang punya anak, cucu atau cicit usaha, itu pasti terkonsolidasi ke induk. AISA mengakui itu anak usahanya, sehingga pasti terkonsolidasi ke dia," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Selasa (25/7/2017).

PT IBU sebenarnya merupakan cucu usaha dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Sebanyak 99,9% saham PT IBU dimiliki PT Dunia Pangan, sementara sebesar 70% saham Dunia Pangan dimiliki oleh AISA.

Jika dihitung dari laporan keuangan yang dipublikasikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), margin AISA pada 2016 hanya sekitar 25,7%, angka itu dihitung dari penjualan AISA di 2016 sebesar Rp 6,5 triliun dan laba kotor sebesar Rp 1,68 triliun.

AISA memang memiliki beberapa lini bisnis lainnya, seperti bisnis makanan olahan dan agribisnis. Namun bisnis beras pada 2016 saja menyumbang penjualan paling besar yakni 62,73%. Bisnis beras AISA di 2016 menghasilkan penjualan Rp 4,1 triliun, sedangkan total penjualan AISA sebesar Rp 6,1 triliun.

Penjualan bisnis beras AISA itu berasal dari anak usahanya PT Dunia Pangan. Perusahaan itu selain membawahi PT IBU, ada juga 4 perusahaan serupa, yakni PT Jatisari Srirejeki, PT Sukses Abadi Karya Inti, PT Tani Unggul, Usaha dan PT Swasembada Tani Selebes.

"Penjualan itu pasti seluruhnya masuk ke induk dulu 100%. Setelah masuk, baru setelah itu akan masuk hak minoritas jika ada pemegang saham minoritas. Tapi pasti masuk dulu, jadi kalau benar pasti bisa diketahui," kata David.

Adapun sisa penjualan yang diperoleh AISA ditunjang dari penjualan lini bisnis makanan pokok (mie kering dan bihun) sebesar Rp 1,08 trilun, penjualan lini bisnis makanan konsumsi (wafer, snack, mie instan, biskuit, permen) Rp 1,48 triliun dan lini bisnis agribinsi (minyak sawit mentah dan tandan buah segar) sebesar Rp 36,9 miliar. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads