detikFinance mencoba untuk mengumpulkan rekapan laba bersih emiten di sub sektor konstruksi selama semester I-2017. Berikut daftarnya:
1. PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
Hingga pertengahan tahun Adhi Karya Tbk (ADHI) berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 131,31 miliar. Angka tersebut meningkat lebih dari 100% tepatnya 136,43% dibanding perolehan laba bersih semester I-2016 sebesar Rp 55,53 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun laju harga saham ADHI dari awal tahun sepertinya kurang optimal. Tercatat harga saham ADHI Jumat (28/7/2017) kemarin di level Rp 2.170 atau hanya naik 100 poin atau 4,8% dari posisi awal tahun (3/1/2017) di Rp 2.070.
2. PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatatkan kinerja yang cukup apik di paruh tahun ini. Hal itu terlihat dari laba bersih perseroan di semester I-2017 yang meroket 118% dibanding periode yang sama di 2016.Waskita Karya tercatat mengantongi laba bersih sebesar Rp 1,28 triliun. Angka itu lebih dari dua kalilipat perolehan laba di semester I-2016 sebesar Rp 586,27 miliar.
Pos pendapatan WSKT juga fantastis. Tercatat perseroan berhasil menjaring pendapatan sebesar Rp 15,55 triliun selama 6 bulan di tahun ini. Angka itu meroket 92,33%, dari Rp 8,08 triliun di semester I-2016.
Sementara saham WSKT jika dilihat dari awal tahun justru menurun 6,69%. Pada awal tahun saham WSKT bertengger di level Rp 2.540, sementara pada perdagangan 28 Juli 2017 kemarin saham WSKT ada di level Rp 2.540.
3. PT PP Tbk
PT PP (Persero) Tbk sepanjang semester I-2017 mampu menjaring laba bersih sebesar Rp 572,45 miliar. Angka itu naik 61,13% dari perolehan laba bersih di semester I-2016 sebesar Rp 355,34 miliar.
Melansir dari keterbukaan informasi (belum diaudit), Senin (31/7/2017), PTPP berhasil mengantongi pendapatan usaha yang naik 25,5% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,47 triliun menjadi Rp 8,13 triliun.
Saham PTPP jika dilihat dari awal tahun juga menurun. Tercatat harag saham PTPP di perdagangan Jumat (28/7/2017) kemarin berada di level Rp 3.070, sementara pada awal tahun di level Rp 3.690 atau turun 16,8%.
4. PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL)
PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) pada semester I-2017 tercatat mengantongi laba bersih sebesar Rp 127,5 miliar atau naik tipis 9,25% dari perolehan laba bersih di periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 116,7 miliar.
Perusahaan ini juga mampu mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 1,4 triliun atau naik 12% dari Rp 1,25 triliun. Sayangnya beban pokok pendapatan naik 15% dari Rp 1,01 triliun menjadi Rp 1,17 triliun. Sehingga laba kotor perseroan turun dari Rp 243,9 miliar menjadi Rp 235,87 miliar.
Harga saham TOTL juga menurun sepanjang tahun ini. Tercatat saham TOTL di awal tahun di level Rp 765, sementara pada perdagangan kemarin saham TOTL ada di level Rp 705 atau turun 7,8% dari awal tahun.
5. PT Acset Indonusa Tbk (ACST)
Laba bersih PT Acset Indonusa Tbk (ACST) di semester I-2017 meroket 95,33%. Tercatat pada periode 6 bulan tahun ini perseroan berhasil mengantongi Rp 64,16 miliar, jauh lebih tinggi dari laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 32,7 miliar.
Pendapatan bersih perseroan memang naik tipis dari Rp 943,7 miliar menjadi Rp 1,02 triliun. Namun ada kenaikan penghasilan keuangan dari Rp 723 juta menjadi Rp 4,26 miliar, lalu bagian atas laba bersih entitas dn ventura bersama naik dari Rp 455 juta menjadi Rp 4,13 miliar. Sehingga laba tahun berjalan perseroan naik dari Rp 30,88 miliar menjadi Rp 66,1 miliar.
Saham ACST sepanjang tahun ini justru cenderung menguat. Saham ACST di perdagangan kemarin berada di level Rp 3.080, yang berarti naik 9,6% dari posisi awal tahun di level Rp 2.810.
6. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
Catatan laba bersih SSIA lebih menghebohkan lagi. Pada semester I-2017 perseroan tercatat mengantongi laba bersih sebesar Rp 1,23 triliun, angka itu naik 1.256% dari laba bersih di periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 91,5 miliar.
Meroketnya laba bersih perseroan sepertinya lantaran aksi penjualan saham di konsensi jalan tol PT Cikopo-Palimanan (Cipali) sebesar Rp 2,56 triliun kepada PT Astratel Nusantara, anak usaha PT Astra International Tbk (ASII). Sebab pendapatan usaha perseroan justru turun dari Rp 2,08 triliun menjadi Rp 1,5 triliun.
Saham SSIA juga cenderung menguat. Tercatat saham SSIA di perdagangan kemarin di level Rp 680, sementara di awal tahun lalu berada di level Rp 444 atau telah naik 53,15%.
Jika dilihat dari laporan keuangan emiten konstruksi yang sudah keluar, secara keseluruhan kinerja emiten sub sektor konstruksi cukup cemerlang. Kenaikan laba bersih paling tinggi dialami oleh SSIA sebesar 1.256%, lalu diikuti ADHI sebesar 136,43%. Sementara kenaikan yang paling rendah TOTL sebesar 9,25%. Namun ada beberapa emiten konstruksi yang belum mengeluarkan laporan keuangan semester I-2017 seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Sementara pergerakan saham-saham dari emiten konstruksi memang terlihat kurang memuaskan jika dipantau dari awal tahun, bahkan justru ada yang turun. Menurut Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama meman itu sebuah anomali.
"Sebenarnya kan harusnya berbanding lurus, itu hanya sebuah anomali," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Senin (31/7/2017).
Namun Nafan yakin, dengan catatan kinerja yang cukup apik, saham-saham tersebut akan menguat di semester II-2017. Sehingga menurutnya ini merupakan saat yang tepat untuk memborong saham-saham konstruksi.
"Bagi pelaku pasar ini momentum akumulasi beli. Apalagi pemerintah gencar pada proyek-proyek infrastruktur strategis, ini akan mengerek kinerja keuangan di semester kedua sekaligus harga sahamnya," tukasnya. (ang/ang)