Kepala Pentagon, Jim Mattis dan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson menyatakan di Wall Street Journal, bahwa AS lebih memilih solusi diplomatik dalam menghadapi Korut, khususnya menggunakan bantuan dari China. Namun langkah diplomatik ini juga didukung oleh opsi militer di belakangnya.
Investor saham menyambut langkah tersebut, setelah 3 hari sebelumnya pasar saham AS sempat turun. Ini setelah Presiden Donald Trump menyatakan akan bereaksi keras kepada Korut, bila terus melancarkan program senjata nuklir dan rudal balistiknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aksi jual sempat terjadi karena hubungan yang memanas dengan Korea Utara. Presiden menggunakan bahasa yang membuat banyak investor saham terkejut," kata Analis, Alan Skarinka, dilansir dari AFP, Selasa (15/8/2017).
"Reaksi aksi jual diambil segera oleh investor karena khawatir akan aksi militer yang kemungkinan terjadi, namun sekarang isu tersebut dikesampingkan," lanjutnya.
Pada perdagangan Senin (14/8/2017), indeks Dow Jones naik 0,6% ke 21.993,44. Indeks S&P 500 naik 1% ke 2.465,82. Sementara indeks Nasdaq naik 1,3% ke 6.340,23.
Saham perbankan solid, saham JPMorgan Chase naik 1,1%, saham Goldman Sachs naik 1,5%, dan saham Bank of America naik 2,3%.
Demikian juga dengan saham teknologi yang juga sebagian besar naik. Saham Apple, Amazon, dan Fecebook naik 1,5%.
Namun saham sektor energi di bawah tekanan karena jatuhnya harga minyak. Saham Apache dan Devon Energy jatuh hampir 2%, kemudian saham Chevrin turun 0,5%.
Mengikuti Wall Street, pada pagi ini bursa saham Tokyo dibuka naik, dan tidak terpengaruh oleh ketegangan AS dan Korut.
Indeks saham Nikkei 225 naik 0,71% ke 19.674,91 pada menit pertama pembukaan perdagangan. (wdl/wdl)











































