Menurutnya, emiten berkode ANTM itu dapat mencapai target produksi tersebut menyusul telah rampungnya perbaikan salah satu fasilitas furnace yang sempat membuat produksi feronikel tak capai 50% dari target tahun ini.
"Memang kemarin semester I sedikit short di bawah target. Sekarang kita lagi kejar sehingga bisa kita capai target 22.100 di akhir tahun, dan itu akan lebih baik dibanding tahun lalu, yang jumlahnya 20.000 ton," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Insya Allah kita kejar lah targetnya. Sekarang sudah selesai. Sekarang produksi sebulan sudah bisa di atas 2.400 feronikel," jelas Arie.
Dia menjelaskan, harga nikel kini juga telah mulai membaik. Sehingga diharapkan sampai akhir tahun nanti kinerja perusahaan pelat merah itu bisa lebih baik dibanding tahun lalu.
"Karena di awal tahun industri ini kondisinya agak tertekan kalau dilihat dari harga. Di awal semester memang harga di bawah tahun lalu. Tempo hari kan harga sempat di bawah US$ 4 per pon. Tapi sekarang sudah US$ 5,2-5,3 per pon. Jadi mudah-mudahan ini jaga sampai akhir tahun, sehingga kinerja masih bisa bagus," katanya.
Sebagai informasi, sampai dengan semester pertama 2017 ekspor bijih nikel kadar rendah Antam mencapai 275.513 wmt, sedangkan realisasi ekspor bijih bauksit rnencapai 128.232 wmt. Antam telah mendapatkan izin ekspor bijih nikel kadar rendah sebesar 2,7 juta wmt dan bauksit sebesar 850.000 wmt.
Dalam hal proyek hilirisasi, saat ini Antam juga tengah menggenjot pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) di Halmahera Timur, Maluku Utara yang telah memasuki fase konstruksi fisik. Pemancangan tiang pancang perdana telah dilaksanakan pada 25 April 2017. (eds/ang)