Produk tersebut dibagi beberapa tahap. Untuk tahap pertama ditawarkan KIK EBA sebesar Rp 4 triliun dengan aset dasar yang disekuritisasikan adalah aset keuangan berupa piutrang penjualan ketenagalistikan dari PLTU Suralaya 1-4.
RBA DIPP1 sendiri telah ditawarkan pada periode 4-11 September 2017. Para investor pun menyambut positif. Terbukti produk tersebut mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 2,7 kali atau mencapai Rp 10,05 triliun dari target Rp 4 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang juga hadir memandang, KIK EBA DIPP1 menarik lantaran produk terseburt memiliki banyak kelebihan seperti tidak dikenakan pajak.
"Kelebihan kedua bunganya 8,25%. Ini kalau banknya efisien cost of fund-nya paling 4%, ya menarik. Kenapa meledak jumlahnya karena itu," tuturnya.
Produk KIK EBA DIPP1 sendiri terbagi menjadi dua yakni EBA Kelas A sebesar Rp 3,688 triliun dan EBA Kelas B sebanyak Rp 312 miliar.
Adapun total produk KIK EBA yang akan diuncurkan IP sebanyak Rp 10 triliun yang akan dilakukan secara bertahap hingga akhir 2018. Hal tersebut sebagai aksi pencarian dana untuk mendukung mega proyek 35.000 MW.
Sementara untuk produk ini yang menjadi manajer investasi adalah Danareksa Investment Management. Lalu BRI sebagai bank kustodian, Danareksa Sekuritas sebagai lead arranger serta, BNI Sekuritas, Mandiri Sekuritas dan BCA sekuritas selau selling agent lainnya.
![]() |
Direktur Utama Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani mengatakan, dana dari hasil sekuritisasi tersebut guna menutupi kebutuhan pembangunan PLTU Suralaya dengan kapasitas 2x1.000 MW yang diperkirakan mencapai Rp 43 triliun. Jika dihitung maka kebutuhan ekuitas atas proyek tersebut sekitar Rp 12 triliun.
"Sementara kami 51%-nya jadi butuh Rp 6 triliunan. Tapi (sekuritisasi KIK EBA) kita ambil bertahap, Rp 4 triliun dulu, karena ini proyek multiyear's ," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (20/9/2017).
Untuk KIK EBA DIPP1 aset dasar yang disekuritisasikan adalah aset keuangan yang merupakan bagian piutang penjualan ketenagalistrikan PLTU Suralaya 1-4 yang sudah beroperasi.
Sementara untuk tahap selanjutnya, Sripeni telah menyiapkan beberapa piutang yang akan disekuritisasikan. Seperti dari PLTU Mulut Tambang di Sulawesi 2x100 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di wilayah Sulawesi sebesar 30 MW.
"Itu untuk KIK EBA sisanya, yang Rp 6 triliun," tukasnya. (ang/ang)