Direktur Utama Emdeki Utama Hiskak Secakusuma mengatakan, pihaknya akan membangun pabrik high-grade silica alloy dan pabrik carbide desulphuriser. Dua pabrik tersebut merupakan langkah diversifikasi produk yang dilakukan, di mana saat ini perseroan hanya memproduksi kalsium karbida.
"Jadi kami tidak melakukan ekspansi, tapi diversifikasi produk baru. Kapasitas pabrik produk pertama tetep berjalan, rata-rata volume produksi sekitar 20-25 ribu metrik ton," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (25/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan untuk produk carbide desulphuriser merupakan produk sama namun dengan kualitas yang lebih tinggi. Produk tersebut juga belum ada di Indonesia.
Kedua pabrik tersebut akan dibangun di atas lahan milik perseroan yang ada saat ini di Gresik, Jawa Timur. Untuk pabrik high-grade silica aloy akan memiliki kapasitas 6.000 metrik ton per tahun, sementara untuk carbide desulphuriser sebanyak 6.500 metrik ton dan akan selesai dalam 2 tahun mendatang.
Masing-masing dari pabrik tersebut akan menyerap sekitar 150 karyawan baru, sehingga perseroan akan membutuhkan karyawan baru sekitar 300 orang. Adapun jumlah karyawan perseroan saat ini sebanayka 350 orang.
Untuk membangun kedua pabrik tersebut perseroan akan menggunakan dana hasil IPO sebesar Rp 184 miliar. Sekitar 73,91% atau Rp 134 miliar akan digunakan perseroan untuk belanja modal. Dari jumlah tersebut sebesar 48,96% akan digunakan untuk pembangunan pabrik high-grade silica aloy dan 24,95% untuk bangun pabrik carbide desulphuriser.
Sementara sekitar 13,41% dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja kedua pabrik tersebut, sementara sisanya 12,68% akan digunakan sebagai modak kerja produksi kalsium karbida.
Sementara untuk tahun ini perseroan menargetkan pendapatan tumbuh 32% dari tahun lalu menjadi Rp 451 miliar. Sementara untuk laba bersih ditargetkan tumbuh 8% menjadi Rp 93 miliar.
Perseroan yakin akan target tersebut, sebab mereka telah mengantongi penjualan untuk ekspor kalsium karbida ke India selama periode Juni 2017 sampai Juli 2018. Ekspor tersebut diperkirakan akan menyumbang penjualan sekitar 20% dari target yang telah ditetapkan.
Ini merupakan langkah ekspor pertama perseroan setelah sudah cukup lama Emdeki Utama tidak melakukan ekspor. "Kita pernah ekspor ke Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, tapi terhenti lantaran persaingan dengan produk dari China. Cost untuk ekspor juga cukup besar, makanya kami fokus di domestik," tambah Hiskak.
Untuk 2016 kemarin perseroan telah memproduksi sebanyak 21.185 metrik ton derngan volume penjualan sebesar 21.169 metrik ton. Seluruh penjualan terserap oleh pasar domestik.
Ada pun panga pasar kalium karbida di Indonesia sekitar 60% ritel yang biasanya para pelaku usaha las baja dan sekitar 40% untuk industri. Untuk pasar ritel Emdeki Utama mengusai pangsa pasar sekitar 99%, sementara untuk industri 50%. Dengan portofolio seperti itu, tentu sulit bagi perseroan untuk meningkatkan kinerja penjualan.
"Maka dari itu kami melakukan diversifikasi produk. Selain itu kita buka pintu ekspor. Karena pasar domestik tentu sudah sulit tumbuh," tandasnya. (dna/dna)