Kondisi ini terjadi setelah pihak Korea Utara (Korut) menuduh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan perang terhadap Korut. Pihak Korut juga mengingatkan akan menembak jatuh pesawat pengebom AS.
Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong-Ho berkomentar di pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), merespons pernyataan Trump di akun Twitter-nya, bahwa Korut tidak akan lama lagi bila terus melakukan ancaman-ancaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini merupakan pernyataan terakhir yang secara eksplisit menyebut kata perang, setelah serangkaian tes nuklir dan rudal misil yang dilakukan oleh kedua negara.
Sejumlah analis ekonomi tidak mengharapkan adanya konflik nuklir. Sementara China dan Rusia mulai mewaspadai terjadinya hal yang tidak diinginkan.
"Kondisi ini merepresentasikan eskalasi yang signifikan secara retorik, dan meningkatkan risiko," kata Ekonom dari National Australia Bank, Tapas Strickland, dilansir dari AFP, Selasa (26/9/2017).
Kekhawatiran muncul di pasar keuangan, yang menyebabkan investor mengalihkan investasinya ke instrumen yang aman, yaitu emas. Harga emas naik lebih dari 1% ke US$ 1.310/ounce. Demikian juga dengan yen yang juga dianggap aman. Nilai tukar yen naik terhadap dolar AS.
Kondisi memanasnya AS dan Korut ini membuat bursa saham Asia berjatuhan. Indeks Nikkei di Tokyo turun 0,3%. Kemudian bursa saham Seoul jatuh 0,3% juta. Lalu bursa saham Sydney, Singapura, dan Taipei juga berakhir negatif. Sementara bursa saham Shanghai dan Hong Kong naik sedikit.
Lalu bursa saham di Eropa juga mengalami tekanan. Bursa saham London turun 0,2% dan Paris turun 0,1%. Sementara bursa saham Frankfurt turun 0,3%.
Di pasar uang, nilai tukar yen terhadap dolar AS mengalami kelemahan. Pelemahan dolar AS juga karena belum bisa dipastikannya kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, yaitu Federal Reserve (The Fed).
Nilai tukar euro juga mengalami penurunan, setelah Gubernur Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, mengutarakan perhatiannya terhadap kondisi ekonomi terkini, dan menyatakan stimulus moneter tetap harus dilakukan di negara eurozone, untuk membantu pemulihan ekonomi.
Dari pasar komoditas, harga minyak dunia naik, setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengancam blokade ekspor minyak dari wilayah Kurdi di Irak, karena masalah referendum kemerdekaan.
Harga minyak jenis Brent naik 4% ke angka tertinggi sejak Juli 2015. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang diproduksi AS naik 3%. (wdl/ang)











































