Menurut Direktur PT Blue Bird Tbk (BIRD) Sigit Priawan, kondisi industri pertaksian di Indonesia memang semakin berat. Salah satunya dihantam maraknya perusahaan transportasi online.
"Kalau situasi taksi sendiri bisa terlihat dari laporan keuangan. Memang dalam 1-2 tahun kondisinya cukup sulit," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Kamis (5/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2016 pendapatan Blue Bird juga turun dari Rp 5,47 triliun di 2015 menjadi Rp 4,79 triliun. Laba bersih pun turun jauh dari Rp 824,02 miliar menjadi Rp 507,28 miliar.
Sedangkan Express tercatat merugi pada semester I tahun ini sebesar Rp 133,113 miliar. Kerugian tersebut bertambah dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 42,898 miliar.
Express juga hanya berhasil membukukan pendapatan Rp 158,73 miliar sepanjang paruh pertama tahun ini. Padahal di periode yang sama 2016 perusahaan berhasil mengantongi pendapatan Rp 374,06 miliar.
Menurut Sigit penurunan kinerja dari perusahaan taksi konvensional salah satunya disebabkan maraknya taksi online. Sebab mereka hadir dengan kemudahan baru dengan tarif yang lebih murah lantaran tidak ada biaya maintenance kendaraan.
Oleh karena itu dirinya berharap pemerintah bisa memberikan keseimbangan dalam persaingan taksi konvensional dengan taksi online. Salah satunya yang tengah diupayakan Kementerian Perhubungan yang ini menentukan batas tarif taksi online yang sebelumnya dimentahkan oleh MA.
"Kondisinya memang cukup sulit buat taksi karena memang kita perlu siasati peraturan-peraturan yang perlu untuk dijalankan. Kita hanya minta level playing field-nya yang sama, supaya kita bisa menyiapkan strategi yang pas," tambahnya. (dna/dna)