CEO Express Transindo Utama, Benny Setiawan, mengakui salah satu penyebab turunnya kinerja perseroan lantaran maraknya perusahaan aplikasi yang menyajikan transportasi online.
"Kita tahu bahwa bisnis industri transportasi berubah, kalau dulu banyak sekali kemudahan-kemudahan. Bahkan dulu sampai antre orang mau cari taksi. Tapi sekarang sudah berubah, karena masuknya online," tuturnya di Kantor Pusat Express Group, Jakarta, Jumat (5/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benny menjelaskan, awal mula bisnis yang didirikan sejak 1989 oleh Bos Rajawali Corporation, Peter Sondakh, itu memiliki prospek cerah. Bahkan perusahaan sampai yakin melantai di pasar modal pada 2012.
"Itu zaman terjadi pertumbuhan. Tadinya hanya 100 unit kendaraan, tumbuh jadi 400 unit. Waktu IPO sudah 4.000 unit. Kemudian 2014 sempat naik jadi 12.000 unit," tambahnya.
Namun ketika taksi online hadir di Indonesia, kinerja keuangan perseroan langsung drop. Jumlah unit kendaraan langsung berkurang yang saat ini sekitar 9.600 unit.
Jumlah kendaraan tersebut terdiri dari Taksi Express, Taksi Eagle, Taksi Tiara yang merupakan taksi premium, Bus Eagle High dan beberapa unit kendaraan premium untuk disewakan.
"Untuk Taksi Express sekitar 6.000, Taksi Eagle 2.000, bus ada 120 unit dan sisanya Tiara dan rental," imbuhnya.
Sementara untuk jumlah pengendara dari perusahaan ini mencapai 17.000. Namun ternyata dari jumlah itu yang aktif hanya 40-50%-nya saja. Sebab mereka hanya berstatus mitra.
Benny mengatakan, minimnya minat sopir lantaran mereka kini memiliki sampingan lain untuk menambah pemasukan. Sebab sulit mencari penumpang lantaran adanya kompetitor baru yakni taksi online.
Bahkan sampai-sampai perseroan menawarkan diskon setoran kepada drivernya dari Rp 240 ribu per hari menjadi Rp 150 ribu per hari.
"Itu kita turunin karena dulu mereka bisa bawa pulang Rp 650 ribu setelah dipotong setoran. Sekarang sudah turun karena ada taksi online, makanya kita kasih diskon jadi Rp 150 ribu," tukasnya.
Merasa sulit bersaing, kini Express berkolaborasi dengan Uber. Para driver yang tergabung dalam program itu kini bisa menarik penumpang melalui aplikasi Uber.
"Mulai Januari setiap bulan ada penambahan pengemudi joint program Uber ini. Ini bagus karena dari sisi pengemudi diberikan kemudahan fleksibilitas. Biasanya mungkin kerja 18 jam cuma dapat 7 penumpang, sekarang dengan online bisa memanfaatkan waktu mungkin hanya 10 jam saja," tukasnya.
Sekadar informasi, pada semester I-2017 Express masih merugi sebesar Rp 133,113 miliar. Kerugian tersebut bertambah dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 42,898 miliar.
Express juga hanya berhasil membukukan pendapatan Rp 158,73 miliar sepanjang paruh pertama tahun ini. Padahal di periode yang sama 2016 perusahaan berhasil mengantongi pendapatan Rp 374,06 miliar. (dna/dna)