Menurut Direktur Keuangan MLBI, Erik Mul, kenaikan laba bersih tersebut lantaran berkembangnya pasar di dalam negeri. Hal itu disebabkan meningkatnya jumlah turis asing yang datang ke Indonesia.
"Kami melihat adanya penguatan permintaan dari pelanggan di wilayah pariwisata. Kami juga melihat banyak sekali turis yang datang ke Indonesia, sekitar 20% dari tahun lalu. Ini positif buat kami," tuturnya di The Dharmawangsa, Jakarta, Senin (30/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Eric hal itu menunjukan bahwa perseroan berhasil melakukan efisiensi, penurunan harga komoditas dan stabilitas kurs. Beban pokok penjualan MLBI turun dari Rp 804,6 miliar menjadi Rp 793,9 miliar.
"Kami selalu menerapkan efisiensi. Ini juga tertolong oleh rendahnya harga komoditas, stabilitas kurs. Dalam hal beban kita berhasil menekan, dan disi lain kita berhasil meningkatkan pendapatan," tambahnya.
Jika dilihat lebih rinci lagi, peningkatan penjualan MLBI didorong kenaikan minuman beralkohol dari Rp 1,99 triliun menjadi Rp 2,07 triliun. Sementara penjualan produk non alkohol turun dari Rp 300,79 miliar menjadi Rp 258,38 miliar.
Menurut Erik penurunan penjualan produk minuman non alkohol MLBI lantaran menurunnya produk konsumsi secara general di tahun ini. Hal itu seiring dengan menurunnya industri ritel
"Secara keseluruhan produk konsumsi tengah tertekan di tahun ini. Jika kita melihat data Nielsen sebenarnya semua perusahan minuman menurun tahun ini. Kedua kita juga sudah meluncurkan banyak produk baru, sehingga stok di pasar semakin banyak," tambahnya.
MLBI sendiri sudah cukup banyak menambah varian minuman non alkohol seperti Fayrouz, Greensand, Bintang Zero hingga Bintang Maxx Zero
Pergeseran Pembelian
Sementara Direktur Hubungan Korporasi Multi Bintang, Bambang Britono menambahkan, saat ini ada pergeseran pembelian dari konsumennya. Saat ini pembelian produk minuman MLBI lebih banyak membeli langsung di bar-bar khususnya di lokasi pariwisata.
"Kita dua tahun ini ada consumer shifting juga dari biasa beli di off jadi beli di on-trade. Jadi on sangat berkembang, karena di kota-kota besar dan daerah pariwisata karena bir tidak available di off trade, khususnya di minimarket. Beli di on trade tempat di minum langsung di bar, restoran, cafe. Kalau minimarket itu kan off trade," tuturnya.
Meski begitu, pihaknya juga masih menanti kejelasan berbisnis dari kebijakan pemerintah. Sebab pemerintah sudah melarang penjualan minuman beralkohol di mini market.
"Masih ada impact dari larangan bir di minimarket. Sekarang masih dalam diskusi kan ada RUU pelarangan, sebetulnya regulatory environment belum ada perubahan. Itu yang selalu menjadi concern kita yang selalu kita suarakan ke pemerintah. Karena kita setuju dengan pengaturan dan pengendalian tapi bukan pelarangan," tukasnya. (ang/ang)