Sahamnya Meroket 626%, Ini Penjelasan Komisaris Kapuas Prima Coal

Sahamnya Meroket 626%, Ini Penjelasan Komisaris Kapuas Prima Coal

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 03 Nov 2017 16:30 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Agustus 2017 menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) di pasar reguler dan tunai. Hal itu lantaran harga sahamnya yang terus menguat drastis

Saham dari perusahaan yang belum lama melantai di pasar modal ini mengalami peningkatan yang signifikan. Pada saat pencatatan saham 16 Oktober 2017 saham ZINC menguat ke level Rp 238. Sementara pada perdagangan terakhir sebelum disuspensi berada di level Rp 1.730. Itu artinya saham ZINC sudah menguat 626,89% dalam waktu kurang dari 2 minggu saja.

BEI pun meminta manajemen untuk menggelar paparan publik insidentil untuk menjelaskan apa yang tengah dilakukan perseroan hingga membuat harga saham meningkat signifikan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, manajemen perseroan juga mengaku heran dengan pergerakan sahamnya itu. Sebab mereka mengaku tidak rencana aksi korporasi apapun dalam waktu dekat.

"Sampai sekarang belum kepikiran, ibarat bayi baru lahir 2 minggu. Belum sama sekali ada corporate action. Cuma memang ini pelaku pasar mungkin sebatas demand dan supply saja," kata Komisaris Kioe Nata usai menggelar paparan publik isidentil di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (3/11/2017).

Menurut Kioe munkin pasar melihat adanya pergerakan harga komoditas seng yang terus meningkat. Sebab jika dibandingkan dengan akhir tahun harga seng cukup meningkat.

"Waktu awal tahun itu harganya sekitar US$ 2.700 per ton. Kemarin sempat menyentuh US$ 3.300 per ton. Kalau harga meningkat ya tentu revenue kita meningkat, terus imbasnya ke perusahaan juga meningkat," imbuhnya.

Sementara saat ini perseroan tengah menanti selesainya pembangunan pabrik pemurnian alias smelter yang dimiliki PT Kapuas Prima Citra. Perseroan memiliki saham atas perusahaan tersebut sebesar 30%.

Smelter yang berada di Pangkalan Bun tersebut akan memurnikan timbal (Pb), seng (Zn), dan bijih besi (Fe). Smelter itu memiliki kapasitas pabrik 40.000 ton konsentrat timbal dan diproyeksinya bisa menghasilkan 20.000 ton timbal bullion per tahun. (ang/ang)

Hide Ads