"Sampai dengan Oktober 2017, Perseroan berhasil mencapai kontrak baru sebesar 82,5% dari total target yang ditetapkan oleh perseroan sepanjang tahun ini, yaitu sebesar Rp 40,6 triliun," Direktur Utama PTPP Tumiyana dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (27/11/2017).
Pencapaian kontrak baru sebesar Rp 33,5 triliun tersebut terdiri dari kontrak baru induk perseroan sebesar Rp 27,6 triliun dan anak lerusahaan sebesar Rp 5,9 triliun. Beberapa proyek yang berhasil diraih perseroan selama bulan Oktober, antara lain, Akavia Semarang sebesar Rp 253 miliar, Apartemen Darmo
Hill Rp 262 miliar, dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melihat progress raihan kontrak baru sampai dengan bulan ke-10 tahun 2017 ini yang telah tercapai sebesar Rp 33,5 triliun, maka perseroan sangat optimistis bahwa target kontrak baru 2017 yang telah ditargetkan oleh manajemen di awal tahun sebesar Rp 40,6 triliun ini dapat tercapai bahkan dapat terlampaui di akhir tahun ini," lanjut Tumiyana.
Rating Perusahaan
Sementara itu, perseroan memiliki posisi bisnis yang kuat di industri konstruksi nasional, memiliki diversifikasi sumber pendapatan dan perlindungan arus kas di atas rata-rata. Faktor-faktor ini menjadi alasan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memutuskan menetapkan kembali peringkat idA+ (Single A Plus)
untuk peringkat perseroan, obligasi berkelanjutan I tahap I tahun 2013 dan obligasi berkelanjutan I tahap II Tahun 2015 senilai Rp 1 triliun di mana outlook untuk peringkat perseroan adalah stabil untuk periode November 2017 sampai dengan November 2018.
Dengan peringkat single A plus artinya perseroan memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan dengan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang. Tanda tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan.
Perseroan juga memperkirakan belanja modal dalam 3 tahun ke depan rata-rata mencapai Rp 21 triliun per tahun. Pembiayaan belanja modal berasal dari modal perusahaan, dana sisa PMN 2016, penjualan saham anak usaha melalui IPO, pinjaman maupun penerbitan surat berharga. (ara/dna)











































