Nicky bilang, mertuanya yang seorang dokter berinvestasi di pasar modal di awal tahun 1990-an, dan berhasil mendapatkan untung berkali lipat hingga 100 kali. Dari berinvestasi di angka awal Rp 1,6 juta, kini berhasil menjadi Rp 140 juta.
"Seorang dokter, enggak usah malu beli saham. Dari awalnya mertua saya investasi di satu emiten Rp 1,6 juta, bulan lalu sudah naik 100 kali lipat sekarang jadi Rp 140 juta. Kita bicara investasi jangka panjang sama seperti mertua saya tadi," katanya dalam acara Financial Clinic with OJK 'Menjadi Investor Andal di Pasar Modal Indonesia' di The Ice Palace Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Senin (27/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kadang berpikir, kenapa mertua saya enggak beli saham Unilever aja waktu itu. Tapi saya belum berpikir bahwa saya salah pilih mertua," ujarnya bergurau yang kemudian disambut tawa para hadirin.
Saham memang menjadi salah satu instrumen investasi yang menawarkan hasil investasi yang besar. Katakanlah misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sejak tahun 2002 pun hingga sekarang, telah naik beribu kali lipat.
Melihat data-data di atas, adalah hal yang wajar bila seseorang akhirnya memutuskan untuk melakukan investasi jangka panjang pada instrumen investasi saham.
"Rasanya sebagai kids jaman now, harus sudah mau beli saham sekarang," tandasnya. (eds/dna)











































