Sebagaimana diketahui 3 BUMN tambang yang sahamnya tercatat di pasar modal yakni PT Timah (Persero) Tbk (TINS), PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ATNM) dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) akan menjadi anggota. Sementara PT Indonesia Asaham Aluminium (Persero) (Inalum) akan menjadi holdingnya.
Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, setelah keuangan anggota BUMN tambang dikonsolidasikan maka nilai aset holding BUMN tambang akan menjadi sekitar Rp 88 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di bank debt to equity ratio 3 kali, bisa pinjam sebanyak Rp 180 triliun. Itu besar sekali. Sekarang debt to equity ratio kita jauh di bawah 1, yakni 0,38," ujar Budi usai acara konfrensi pers holding BUMN tambang di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (29/11/2017).
Dengan kekuatan uang sebesar itu, dia yakin holding BUMN tambang akan mampu menyerap divestasi saham PT Freeport Indonesia. "Kita mampu, kan tinggal dihitung saja," kata Budi.
Budi pun mengakui, saat ini pihaknya sudah perjanjian kerahasiaan (Non Disclosure Agreement) dengan Freeport Indonesia. Namun karena perjanjiannya bersifat kerahasiaan dia mengaku tidak bisa membeberkan bagaiman progres renacana pembelian divestasi saham Freeport Indonesia.
"Dengan perusahaan di Papua itu kami sudah tandatangan Non Disclosure Agreement. Jadi enggak boleh ngomong. Tapi progresnya bagus. Mudah-mudahan saudara kita tambah jadi 5," tandasnya.
Strategi jangka pendek
Budi menambahkan, holding BUMN tambang telah menyiapkan strategi pengembangan usaha dalam jangka pendek. Tujuannya untuk meningkatkan nilai kapasitas usaha, pendanaan pengelolaan sumberdaya alam, hilirisasi dan efisiensi biaya.
"Mudah-mudahan bisa menjalankan amanah menjadikan industri pertambangan Indonesia setara perusahaan pertambangan besar di dunia," terang Budi.
Dalam jangka pendek, holding BUMN tambang akan melakukan beberapa aksi korporasi. Di antaranya pembangunan pabrik smelter grade alumina dengan kapasitas 2 juta ton per tahun di Mempawah, Kalimantan Barat.
Lalu membangun pabrik feronikel di Buli, Halmahera Timur berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel per tahun. Serta membangun PLTU di lokasi pabrik hilirisasi bahan tambang sampai dengan 1.000 MW.
Dalam jangka menengah, kata Budi, holding BUMN tambang masih akan melakukan akuisisi maupun eksplorasi wilayah penambangan, eksplorasi dan hilirisasi. Pihaknya juga bermimpi holding BUMN tambang akan masuk dalam jajaran 500 Fortune Global Company. (hns/hns)