Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury memprediksi sepanjang periode Juli hingga Desember 2017 perseroan akan membukukan laba. Meskipun kinerja di kuartal IV ini (Oktober-November) 2017 dia perkirakan keuangan Garuda Indonesia impas alias tak membukukan laba.
"Karena di 3 bulan kuartal III itu kan kita untung US$ 62 juta. Jadi paling tidak harapan kita ya break even di kuartal selanjutnya, sehingga semester kedua kita bisa untung," tuturnya di Terminal 3 Bandara Soetta, Tangerang, Senin (18/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu untuk tahun ini diperkirakan pendapatan perseroan mencapai US$ 3,4 miliar atau setara Rp 45,9 triliun (kurs Rp 13.500). Tahun depan diperkirakan pendapatan bisa meningkat sekitar 11-12%.
Meski tak mau menyebutkan target laba pihaknya akan melakukan beberapa upaya seperti meningkatkan produktivitas hingga efisiensi.
"Kita juga bermaksud terus melakukan efisiensi biasa, termasuk bahan bakar. Kemudian melakukan renegosiasi dengan beberapa leasing untuk pesawat-pesawat kita. Karena beberapa memang masih dalam proses renegoisasi," imbuhnya.
Selain itu pihaknya juga akan mendorong bisnis entitas lainnya, seperti bisnis kargo, katering maskpai hingga bengkel pesawat dari PT GMF Aeroasia Tbk.
"Ini upaya kita sehingga Garuda Indonesia di holdingnya bisa break even dan memperoleh laba dari anak usaha. Ini upaya kita supaya betul-betul membukukan keuntungan," tukasnya.
Untuk jumlah penumpang tahun ini diperkirakan mencapai sekitar 35-36 juta penumpang. Sementara target tahun depan meningkat menjadi 37-38 juta penumpang.
"Kami juga akan berupaya meningkatkan utilisasi pesawat yang tadinya 9 jam 45 menit akan menjadi 10 jam 15 menit. Caranya dengan menambah frekuensi beberapa rute," tukasnya. (ang/ang)











































