Disamping catatan tersebut, banyak juga kejadian-kejadian di pasar modal yang terbilang cukup menarik seperti munculnya maskot baru Banteng Wulung, sistem perdagangan yang beberapa kali eror hingga sederet emiten yang didepak dari pasar modal.
Berikut kejadian-kejadian yang menarik di pasar modal sepanjang 2017:
IHSG Berkali-Kali Tembus Rekor
Foto: Rengga Sancaya
|
Untuk menuju level tersebut IHSG juga bekali-kali memecahkan rekor. Mulai dari tembus ke level 6.000 hingga terakhir kali pecah rekor lagi dengan menguat 37,622 poin (0,61%) ke 6.221,013.
Emiten Baru Melimpah
Foto: Rengga Sancaya
|
Sementara di akhir tahun nanti akan ada 1 lagi perusahaan yang melakukan pencatatan saham yakni PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCA Foods). Dengan begitu maka jumlah emiten baru di pasar modal tahun ini menjadi 37 emiten.
Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat memperkirakan dari jumlah emiten baru itu angka total penarikan dana di pasar modal mencapai kurang dari Rp 10 triliun.
Sayangnya angka tersebut masih lebih kecil jika dibandingkan dengan total dana IPO di tahun lalu yang mencapai sekitar Rp 12 triliun. Padahal jumlah emiten barunya tak sampai separuh dari tahun yakni hanya 16 emiten baru.
Sistem Perdagangan IHSG 3 Kali Eror Tahun Ini
Foto: Rengga Sancaya
|
Sistem perdagangan juga sempat eror pada 20 Juli 2017. Saat itu pergerakan IHSG terhenti selama 20 menit dari pukul 11.00-11.20 JATS.
Kala itu gangguan terjadi pada Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal itu membuat jaringan sistem yang tersambung dengan Anggota Bursa (AB) juga terganggu.
Lalu pada 10 Juli 2017, gangguan sistem perdagangan juga pernah terjadi. Saat itu IHSG tak bergerak selama 1 jam dari pukul 09.00 waktu JATS hingga pukul 10.00 waktu JATS. Lagi-lagi sistem gangguan terjadi pada sistem datafeed.
Hal yang sama juga terjadi pada27 Oktober 2017 di mana IHSG sempat terhenti pada pukul 09.50 waktu JATS dan kembali normal pada pukul 09.55 waktu JATS. sistem eror terjadi pada distribusi datafeed. Penyebabnya lantaran adanya gangguan panel listrik untuk perangkat jaringan.
Gangguan listrik di Gedung BEI awalnya terjadi adanya korsleting pada pendingin ruangan di lantai 9. Asap pun terlihat mengepul dari lantai tersebut.
Ada 4 Anak BUMN Mejeng di Pasar Modal Tahun Ini
Foto: Rachman Haryanto
|
Dari keempat anak BUMN tersebut total penyerapan dana hasil IPO mencapai Rp 3,4 triliun. Angka itu cukup besar jika dibandingkan dengan total penyerapan dana hasil IPO tahun ini yang diperkirakan tidak sampai Rp 10 triliun.
Namun sayangnya beberapa saham anak BUMN melempem di awal perdagangan, seperti PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) yang sahamnya melemah 8 poin saat pencatatan dari Rp 400 menjadi Rp 382 per saham. Bahkan selang 2 hari dicatatkan saham GMFI tercatat melemah 15% ke level Rp 340.
PT PP Presisi Tbk (PPRE) yang baru saja mencatatkan sahamnya, juga melempem. Saham PPRE dibuka sempat menguat 2 poin atau 0,47% ke level Rp 432. Selang beberapa detik saham PPRE malah turun 2 poin atau 0,47% ke level Rp 428 dan berangsur turun 5,1% ke Rp 408 per saham.
BEI Depak 4 Emiten Tahun Ini
Foto: Rachman Haryanto
|
Keempat perusahaan itu diantaranya PT Inovisi Infracom (INVS), PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA), PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk (CPGT).
Keempat perusahaan tersebut rata-rata didepak lantaran tidak memenuhi ketentuan seperti menyajikan laporan keuanagn selama 2 tahun. Kejelasn keberlangsung perusahaan tersebut juga tidak jelas.
Dari 4 emiten yang didepak itu manajemen INVS yang masih bersikeras untuk mempertahankan. Direktur Inovisi Pantur Silaban menjelaskan bahwa pihaknya sudah menyelesaikan penyampaian laporan keuangan 2014 pada 30 Agustus 2017. Sementara untuk laporan keuangan 2015 dan 2016 selambat-lambatnya disampaikan pada 6 Oktober 2017.
"Penundaan penyampaian laporan keuangan untuk tahun 2014, 2015 dan 2016 ini disebabkan adanya perubahan manajemen perseroan pada 7 Maret 2017," tuturnya.
Meski begitu, BEI tetap menghapus sahamnya dan mempersilahkan INVS untuk melakukan relisting minimal 6 bulan setelah sahamnya dihapus.
BEI Pamerkan Banteng Wulung, Sang Penanduk Saham
Foto: Rachman Haryanto
|
Patung yang diberi nama Banteng Wulung tersebut terbuat dari fosil kayu seberat 7 ton. Setelah diteliti oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), ternyata bahan fosil kayu yang ditemukan di wilayah Banten itu telah berusia 2,5-5,6 juta tahun.
Patung banteng berwarna hitam pekat ini, dipahat oleh seniman ternama asal Bali bernama I Made Budiarsa.
Halaman 2 dari 7