Cerita Pasar Modal 2017, dari IHSG Pecah Rekor Hingga Sistem Eror

Cerita Pasar Modal 2017, dari IHSG Pecah Rekor Hingga Sistem Eror

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 28 Des 2017 14:56 WIB
Cerita Pasar Modal 2017, dari IHSG Pecah Rekor Hingga Sistem Eror
Jakarta - Pasar modal Indonesia cukup bergairah di tahun ini. Terlihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil tembus di atas 6.000 hingga jumlah emiten baru yang sudah mencapai 36 emiten dan akan bertambah 1 lagi di akhir tahun.

Disamping catatan tersebut, banyak juga kejadian-kejadian di pasar modal yang terbilang cukup menarik seperti munculnya maskot baru Banteng Wulung, sistem perdagangan yang beberapa kali eror hingga sederet emiten yang didepak dari pasar modal.

Berikut kejadian-kejadian yang menarik di pasar modal sepanjang 2017:

IHSG Berkali-Kali Tembus Rekor

Foto: Rengga Sancaya
IHSG pada awal tahun berada di level 5.275, sementara pada akhir perdagangan 22 Desember 2017 IHSG berakhir di level 6.221. Itu artinya IHSG sudah menguat 17,9% dari awal tahun.

Untuk menuju level tersebut IHSG juga bekali-kali memecahkan rekor. Mulai dari tembus ke level 6.000 hingga terakhir kali pecah rekor lagi dengan menguat 37,622 poin (0,61%) ke 6.221,013.

Emiten Baru Melimpah

Foto: Rengga Sancaya
Jumlah emiten baru yang melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) tahun ini terbilang cukup banyak. Terakhir PT Jasa Armada Indonesia Tbk (JAI) yang melakukan pencatatan saham pada 22 Desember 2017 menjadi emiten baru ke 36 tahun ini.

Sementara di akhir tahun nanti akan ada 1 lagi perusahaan yang melakukan pencatatan saham yakni PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCA Foods). Dengan begitu maka jumlah emiten baru di pasar modal tahun ini menjadi 37 emiten.

Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat memperkirakan dari jumlah emiten baru itu angka total penarikan dana di pasar modal mencapai kurang dari Rp 10 triliun.

Sayangnya angka tersebut masih lebih kecil jika dibandingkan dengan total dana IPO di tahun lalu yang mencapai sekitar Rp 12 triliun. Padahal jumlah emiten barunya tak sampai separuh dari tahun yakni hanya 16 emiten baru.


Sistem Perdagangan IHSG 3 Kali Eror Tahun Ini

Foto: Rengga Sancaya
Pelaku pasar tahun ini beberapa kali dikejutkan dengan berhentinya sistem perdagangan. Kejadian ini bahkan terjadi 3 kali sepanjang tahun ini.

Sistem perdagangan juga sempat eror pada 20 Juli 2017. Saat itu pergerakan IHSG terhenti selama 20 menit dari pukul 11.00-11.20 JATS.

Kala itu gangguan terjadi pada Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal itu membuat jaringan sistem yang tersambung dengan Anggota Bursa (AB) juga terganggu.

Lalu pada 10 Juli 2017, gangguan sistem perdagangan juga pernah terjadi. Saat itu IHSG tak bergerak selama 1 jam dari pukul 09.00 waktu JATS hingga pukul 10.00 waktu JATS. Lagi-lagi sistem gangguan terjadi pada sistem datafeed.

Hal yang sama juga terjadi pada27 Oktober 2017 di mana IHSG sempat terhenti pada pukul 09.50 waktu JATS dan kembali normal pada pukul 09.55 waktu JATS. sistem eror terjadi pada distribusi datafeed. Penyebabnya lantaran adanya gangguan panel listrik untuk perangkat jaringan.

Gangguan listrik di Gedung BEI awalnya terjadi adanya korsleting pada pendingin ruangan di lantai 9. Asap pun terlihat mengepul dari lantai tersebut.

Ada 4 Anak BUMN Mejeng di Pasar Modal Tahun Ini

Foto: Rachman Haryanto
Dari 37 emiten baru yang melantai di pasar modal 4 di antaranya merupakan anak usaha BUMN. Di antaranya PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tbk, PT PP Presisi Tbk, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung (Wika Gedung) Tbk, dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk.

Dari keempat anak BUMN tersebut total penyerapan dana hasil IPO mencapai Rp 3,4 triliun. Angka itu cukup besar jika dibandingkan dengan total penyerapan dana hasil IPO tahun ini yang diperkirakan tidak sampai Rp 10 triliun.

Namun sayangnya beberapa saham anak BUMN melempem di awal perdagangan, seperti PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) yang sahamnya melemah 8 poin saat pencatatan dari Rp 400 menjadi Rp 382 per saham. Bahkan selang 2 hari dicatatkan saham GMFI tercatat melemah 15% ke level Rp 340.

PT PP Presisi Tbk (PPRE) yang baru saja mencatatkan sahamnya, juga melempem. Saham PPRE dibuka sempat menguat 2 poin atau 0,47% ke level Rp 432. Selang beberapa detik saham PPRE malah turun 2 poin atau 0,47% ke level Rp 428 dan berangsur turun 5,1% ke Rp 408 per saham.

BEI Depak 4 Emiten Tahun Ini

Foto: Rachman Haryanto
Selain berhasil menarik 37 emiten baru tahun ini, BEI ternyata juga menghapus pencatatan saham (delisting) 4 perusahaan). Mereka dianggap tidak mampu memenuhi ketentuan sebagai emiten di pasar modal.

Keempat perusahaan itu diantaranya PT Inovisi Infracom (INVS), PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA), PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk (CPGT).

Keempat perusahaan tersebut rata-rata didepak lantaran tidak memenuhi ketentuan seperti menyajikan laporan keuanagn selama 2 tahun. Kejelasn keberlangsung perusahaan tersebut juga tidak jelas.

Dari 4 emiten yang didepak itu manajemen INVS yang masih bersikeras untuk mempertahankan. Direktur Inovisi Pantur Silaban menjelaskan bahwa pihaknya sudah menyelesaikan penyampaian laporan keuangan 2014 pada 30 Agustus 2017. Sementara untuk laporan keuangan 2015 dan 2016 selambat-lambatnya disampaikan pada 6 Oktober 2017.

"Penundaan penyampaian laporan keuangan untuk tahun 2014, 2015 dan 2016 ini disebabkan adanya perubahan manajemen perseroan pada 7 Maret 2017," tuturnya.

Meski begitu, BEI tetap menghapus sahamnya dan mempersilahkan INVS untuk melakukan relisting minimal 6 bulan setelah sahamnya dihapus.

BEI Pamerkan Banteng Wulung, Sang Penanduk Saham

Foto: Rachman Haryanto
Warga DKI Jakarta kembali mendapat monumen baru. Sebuah patung banteng yang berdiri gagah di pelataran Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), yang berada tepat di pinggir Jalan Jenderal Sudirman.

Patung yang diberi nama Banteng Wulung tersebut terbuat dari fosil kayu seberat 7 ton. Setelah diteliti oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), ternyata bahan fosil kayu yang ditemukan di wilayah Banten itu telah berusia 2,5-5,6 juta tahun.

Patung banteng berwarna hitam pekat ini, dipahat oleh seniman ternama asal Bali bernama I Made Budiarsa.
Halaman 2 dari 7
(dna/dna)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads