Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Friderica Widyasari Dewi mengatakan pihaknya mencatat bahwa saat ini masih ada sekitar Rp 2.000 triliun lebih saham yang bentuknya masih kertas.
"Kalau sekarang ada Rp 7.200 triliun, yang tersimpan di KSEI Rp 4.600 triliun berarti masih ada sekitar Rp 2.000 triliun lebih yang masih scrip. Nah itu PR juga karena sebenarnya untuk lebih kita tahu kepemilikan secara total. Regulator juga lebih mudah dan investor juga lebih aman," tuturnya usai tuturnya di sela-sela acara Perayaan Ulang Tahun KSEI ke-20 di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu malam (24/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara jika seluruh saham dalam bentuk scriptless maka likuiditas pasar modal akan lebih baik. Sebab jumlah saham yang diperdagangkan akan meningkat.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mendukung upaya tersebut. Sebab penyelesaian transaksi akan lebih mudah.
Keputusan masih tetap di tangan para pemegang saham. Jika tetap ingin memegang saham secara fisik status pemegang sahamnya masih sah, namun sahamnya tidak bisa dijual jika belum scripltess.
"Itu memang diberikan opsi kepada pemegang saham tetapi memang tidak boleh diperdagangkan. Kalau mereka ingin diperdagangkan maka harus diubah menjadi scriptless. Tapi kalau itu tidak diperdagangkan tidak apa-apa," kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK. (zlf/zlf)