Cukup banyak kecelakaan konstruksi yang terjadi di proyek-proyek yang digarap oleh WSKT. Jika dilihat dari sejarah pergerakan sahamnya, kejadian-kejadian tersebut kebanyakan cukup berpengaruh pada pergerakan sahamnya.
Pada 22 September 2017 terjadi pukul 17.30 WIB, badan jembatan tol Bocimi yang tengah dibangun runtuh dan mengakibatkan satu pekerja bangunan tewas akibat tertimpa runtuhan cor beton badan jembatan tersebut. Saat itu saham WSKT ditutup turun 1,05% ke posisi Rp 1.885.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu pada 16 November 2017 sebuah crane yang memasang Rambu Variable Message Sign (VMS) roboh di kilometer (km) 15 Tol Jakarta-Cikampek. Crane itu untuk proyek Tol Jakarta-Cikampek II Elevated. Saat itu saham WSKT justru naik 0,47% ke posisi Rp 2.150.
Lanjut pada Sabtu, tanggal 30 Desember 2017, konstruksi girder proyek Pembangunan Jalan Tol Pemalang-Batang ambruk. Beberapa hari setelahnya pada 2 Januari 2018 sebuah girder di tol Depok-Antasari (Desari) yang sudah terpasang terguling akibat benturan alat berat yang beroperasi di dekat jembatan tersebut. Pada perdagangan hari itu saham WSKT turun 0,9% ke posisi Rp 2.190.
Sementara hari ini terjadi kecelakaan konstruksi di Tol Becakayu. Sekitar pukul 03.00 WIB sebuah bekisting pierhead ambruk di dekat Gerbang Tol Kebon Nanas, Jakarta Timur. Akibatnya 7 orang mengalami luka-luka.
Hingga rehat siang perdagangan saham WSKT sudah anjlok 1,61% atau 50 poin ke level Rp 3.060. Saham WSKT juga sempat sentuh level Rp 3.040. Hingga pukul 14.11 waktu JATS kejatuhannya semakin dalam yakni 3,22% ke level Rp 3.010. (dna/dna)