Dengan kata lain saat ini rupiah sedang mengalami under pressure dari kekuatan nilai dolar Amerika Serikat (AS)
Baca juga: Mungkinkah Dolar AS Tembus Rp 15.000? |
Menurut Bambang, salah satu yang bisa dikedepankan adalah penguatan ekspor jasa sebagai sumber devisa. Pariwisata atau tourisme termasuk kategori ekspor jasa yang bisa menghasilkan devisa dan memperkuat rupiah secara permanen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komponen lain yang perlu mendapat perhatian adalah pertumbuhan konsumsi masyarakat. Sejauh ini konsumsi masih merupakan pendorong perekonomian yang dominan sebesar 54,3% terhadap PDB 2017.
Karena porsinya yang signifkan pada PDB, maka perlambatan pada konsumsi memiliki dampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
"Namun, kita harus "waspada" mengingat pertumbuhan konsumsi masih di bawah 5%," kata dia.
Selain itu, yang juga perlu ditingkatkan adalah kontribusi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi yang sampai tahun 2013 hanya mencapai 3% atau lebih. Padahal tahun 2011, saat perekonomian tumbuh tinggi 6,5% kontribusi konsumsinya di atas 3,5 persen. Tapi setelah tahun 2013, kontribusi pertumbuhan dari konsumsi berada di bawah 3%.
Bambang mengatakan ada korelasi antara pertumbuhan konsumsi dengan komoditas. Saat terjadi commodity boom sekitar tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mencapai 6-6,5%. Saat itu, konsumsi pernah tumbuh luar biasa di atas 5,2%-5,3%. Tapi faktor itu hilang seiring dengan berakhirnya commodity boom.
"Jadi kalau diperhatikan, kontribusi konsumsi yang besar dapat mempengaruhi kemampuan kita untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi," kata Bambang.
Saat ini, tambah Bambang, memang ada perbaikan harga komoditas, CPO, batu bara, tetapi tentunya bukan seperti commodity boom sebagaimana beberapa tahun lalu.
Oleh karena itu, kontribusi atau peran strategis konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi yang besar dapat diganti oleh investasi atau ekspor.
Cuma masalahnya, ekspor kita masih sangat bergantung kepada sumber daya alam seperti batu bara dan CPO.
Sementara investasi meski tahun lalu sudah ada tanda-tanda bangkit dengan capaian mendekati 7%, masih perlu lebih dioptimalkan lagi untuk bisa membuat ekonomi kita tumbuh lebih tinggi lagi. (dna/dna)