Naik 34% Sehari, Saham Taksi Layak Dibeli?

Naik 34% Sehari, Saham Taksi Layak Dibeli?

Ellen May - detikFinance
Kamis, 15 Mar 2018 20:29 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Munculnya taksi online seperti Uber, Grab dan GoCar sempat membuat resah para pengusaha taksi konvensional seperti Express dan Blue Bird.

Namun, regulasi pemerintah akhirnya kembali memberikan harapan untuk berlanjutnya bisnis perusahaan taksi ini.

Bagaimana nasib Taksi Express dan Blue Bird? Bagaimana prospek pergerakan saham keduanya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah kita bisa turut serta untuk berinvestasi pada kedua perusahaan tersebut, atau memanfaatkan fluktuasi pergerakan harga saham kedua perushaan tersebut untuk trading jangka pendek?

Terancamnya Industri Taksi Konvensional

Persaingan industri taksi berubah drastis dengan hadirnya transportasi berbasis online yang menawarkan tarif lebih kompetitif seperti Go-Car, Grabcar, dan Uber.

Kerasnya persaingan ini membuat PT Express Transindo Utama Tbk, perusahaan dengan kode saham TAXI mengalami kerugian yang cukup besar dan terpaksa mem-PHK 250 orang karyawannya. Tidak hanya itu, saham perseroan pun juga akhirnya jatuh ke level Rp 50 untuk pertama kalinya, setelah sebelumnya sempat diperdagangkan di level Rp 200.

Melihat gejala disrupsi taksi konvensional dari taksi online ini, pemerintah mencoba membuat peraturan untuk "menyelamatkan" perusahaan taksi konvensional, dan membuat keduanya dapat bekerja sama.

Tidak hanya itu saja, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk memoratorium atau menghentikan sementara perekrutan pengemudi taksi online yang berlaku sejak Senin 12 Maret kemarin.

Efek peraturan ini jelas dapat berdampak positif bagi perusahaan taksi konvensional, karena hal ini akan membuat perusahaan transportasi konvensional seperti Blue Bird dan Express Taxi berkesempatan memperoleh penumpang lebih besar.

Apa dampak regulasi tersebut ke harga saham TAXI & BIRD?

Setelah adanya peraturan tersebut, pada perdagangan 14 Maret 2018 akhirnya saham TAXI berhasil melonjak, dan sejak bulan Februari mulai bisa meninggalkan level gocap... setelah lama bertengger di angka Rp 50. Bahkan pada 14 Maret 2018, saham ini melejit menyentuh batas atas auto rejection atas, dengan penguatan 34% dalam sehari.

Sementara itu, saham BIRD / Blue Bird masih anteng-anteng saja.

Jadi, apakah kita boleh memanfaatkan kenaikan harga saham TAXI ini untuk investasi ataupun trading saham?

Bicara tentang investasi jangka panjang, sebaiknya kita perhatikan fundamental dan kinerja perusahaan.

Bagaimana fundamental kedua perusahaan tersebut? Mari kita simak data berikut ini:
Naik 34% Sehari, Saham Taksi Layak Dibeli?

Dari tabel di atas kita bisa melihat bahwa TAXI mulai tekor sejak tahun 2016. Terlihat dari Gross Profit dan Net Profitnya yang mulai negative sejak tahun 2016.

Ternyata sebelum adanya persaingan dengan taksi online, kinerja TAXI pun memang tidak terlalu bagus. Hal ini dikarenakan persaingannya dengan BIRD dan juga strategi perusahaan yang tidak efisien.

Coba dilihat, pada tahun 2013, merupakan awal dari penurunan laba, perseroan hanya berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp132 miliar yang kemudian terus menurun hingga di tahun 2017 yang tercatat mengalami rugi bersih hingga Rp 280,8 miliar.

Hal yang sama juga terjadi hampir diseluruh data keuangan perusahaan seperti revenue, operating profit, dan EBITDA yang rata-rata terus menurun setiap tahunnya.

Hal ini menandakan bahwa kondisi fundamental perusahaan belum cukup kuat, dan efek dari moratorium ini hanya akan bertahan sesaat saja. Jika perusahaan tidak melakukan suatu perubahan yang signifikan, bisa jadi usai berita ini menghilang harga sahamnya bisa kembali melemah.

Namun, belum lama ini Go-jek sempat dikabarkan akan mengakuisisi perusahaan TAXI. Perusahaan TAXI sendiri masih belum memberikan kejelasan terkait pengumuman tersebut, namun jika akuisisi ini benar-benar terjadi, maka saham TAXI mungkin saja masih memiliki peluang untuk bersinar.

Bagaimana dengan Blue Bird?
Naik 34% Sehari, Saham Taksi Layak Dibeli?

Blue Bird sendiri mencapai puncak kejayaannya pada tahun 2014, menorehkah Nett Profit tertinggi sebesar Rp 824 miliar rupiah pada tahun tersebut. Meski masih belum mengalami kerugian, alias belum tekor, laba bersih Blue Bird berangsur-angsur turun dari 2015 hingga 2017.

Dengan demikian, saya sendiri belum menyarankan untuk investasi jangka panjang pada saham BIRD ini, selama Blue Bird belum bertindak dan berinovasi menghadapi disrupsi.

Kecuali, jika Blue Bird dan Express Taxi melakukan inovasi, memperbaiki bisnis modelnya, maka bukan tidak mungkin keduanya akan kembali memiliki rapor yang lebih baik.

Kalau untuk trading jangka pendek bisakah?

Secara teknikal, dalam jangka pendek saham TAXI mulai ada gejala trend naik dalam jangka pendek sejak berhasil melampaui angka 67 dan bahkan terbang melewati angka 72.

Saat artikel ini ditulis pada 15 MAret 2018, saham TAXI sudah menguat lebih dari 14% hari ini, bertengger di harga 85.

Jika Anda ingin melakukan beli jual jangka pendek, waspadai volatilitasnya. Beli sekitar area 72 saja ketika terjadi retracement ke area tersebut.

Ada peluang investasi saham lainnya?

Selain saham sektor infrastruktur ini, Anda bisa mencoba untuk berinvestasi di industry lainnya. Misalnya industri beras.

(ang/ang)

Hide Ads