Demikian dikutip dari keterangan resmi yang diterima detikFinance, Jumat (16/3/2018).
Dalam laporannya, Fitch menjelaskan, hal tersebut terlihat dari performa ekonomi Indonesia di akhir 2017 yang menunjukkan perkembangan dari sisi investasi. Secara keseluruhan sepanjang 2017, investasi berhasil tumbuh 6,2% atau tercatat sebagai pertumbuhan investasi yang paling tinggi sejak 2012.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap investasi terus bisa terakselerasi, yang didukung oleh kebijakan-kebijakan makro pemerintah. Pemerintah berkomitmen untuk menaikkan belanja infrastruktur di masa mendatang, khususnya dari BUMN-BUMN yang ada, di saat dukungan dari pelonggaran kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga dua kali pada tahun lalu," tulis laporan tersebut.
Sejumlah pelonggaran kebijakan makroprudensial dari Bank Indonesia dalam beberapa tahun terakhir juga turut mempengaruhi perbaikan ekonomi makro, contohnya menaikkan rasio loan to value (LTV) untuk sektor properti.
Konsumsi rumah tangga memang gagal mengakselerasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu meski inflasi ternyata berhasil ditekan, pertumbuhan jumlah tenaga kerja. Konsumsi rumah tangga hanya berhasil tumbuh 5% di tahun lalu atau sama dengan angka di tahun 2016. Namun demikian, kenaikan pada impor barang konsumsi pada kuartal terakhir tahun lalu memberi tanda adanya peningkatan konsumsi dalam negeri setelahnya.
Dengan sejumlah fakta tadi, Fitch memproyeksi inflasi Indonesia tahun ini akan berada di angka 4,2% dari level 3,2% yang ada saat ini. Peningkatan inflasi tersebut disebabkan oleh karena adanya peningkatan ekonomi. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksi akan berada pada kisaran Rp 13.650.











































