Menurut Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji, saham DLTA memang salah satu saham yang kurang menarik bagi pelaku pasar lantaran tidak aktif. Padahal seharusnya isu pelepasan saham Pemprov DKI menjadi menarik.
"Sebenarnya pelepasan sebesar 23,3% masih menarik. Yang terpenting adalah mekanisme pelepasan tersebut harus dijelaskan secara terbuka kepada para pelaku pasar dalam rangka meningkatkan animo pasar," tuturnya kepada detikFinane, Senin (9/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya pelepasan saham bisa menjadi sentimen positif maupun negatif yang bisa menggerakkan harga. Jika dilepas begitu saja ke pasar maka akan menurunkan harga saham. Namun jika dilepas investor lain dengan harga yang lebih tinggi dari pasar maka bisa menjadi katalis positif.
Memang menurut Nafan harga saham DLTA itu terbilang sudah cukup tinggi meski masih dalam batas wajar. Hal itu dilihat tolak ukur Price Earning Ratio (PER) saham DLTA yang telah mencapai 14,76 kali.
"Masih dianggap wajar, walaupun sudah agak ketinggian. Bisa jadi para pelaku pasar menantikan apabila PER pada DLTA sudah rendah sehingga harga sahamnya terdiskon," tambahnya.
Padahal jika dilihat dari kinerja keuangan DLTA cukup baik. Sepanjang 2017 DLTA berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 279,7 miliar. Angka itu naik 10,25% dibandingkan dengan perolehan laba bersih di 2016 sebesar Rp 253,7 miliar.
Penjualan bersih perusahaan sebenarnya naik tipis dari Rp 774,9 miliar menjadi Rp 777,3 miliar. Namun beban pokok penjualan berhasil ditekan dari Rp 234,08 miliar menjadi Rp 203,03 miliar.
"Sejak 2015, DLTA mengalami kenaikan dari sisi pendapatan maupun laba bersih. Apalagi memiliki DER (Debt to Equity Ratio) yang sangat rendah, yakni pada level 17%," tandasnya.