Jakarta -
Nama PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) kembali ramai diperbincangkan. Hal itu lantaran Anies-Sandi mempertegas Pemprov DKI Jakarta tetap akan melepas kepemilikan saham di perusahaan produsen Angker Bir itu.
Anies-Sandi memang sudah berjanji akan melepas saham Delta Djakarta sejak masa kampanye. Meski belum diperjelas mengenai mekanismenya, mereka bertekad akan menepati janjinya.
Padahal Delta Djakarta memberikan pemasukan bagi Pemprov DKI yang tidak sedikit. Pada 2017 lalu, Pemprov DKI menerima setoran dividen dari Delta Djakarta sebesar Rp 37,8 miliar. Dividen ini diambil dari laba tahun buku 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemprov DKI sendiri saat ini memegang 186.846.000 juta lembar saham produsen Anker Bir, atau setara 23,3%. Sementara sisanya dipegang oleh San Miguel Malaysia Pte sebanyak 58,3% dan masyarakat 18,3%.
Lalu perusahaan seperti apa Delta Djakarta sebenarnya? Bagaimana sejarahnya? Seberapa kinclong kinerja keuangan dan sahamnya?
Delta Djakarta sendiri sudah terlahir sejak pabrik Angker Bir pertama didirkan pada 1932 dibawah nama Archipel Brouwerij. Kemudian perusahan berganti nama menjadi NV De Oranje Brouwerij ketika di bawah perusahaan Belanda.
Perusahaan ini mulai beroperasi pada 1933 dengan memproduksi bir pilsener dan bir hitam dengan produk yang terus berkembang dengan berbagai merek seperti Angker, Carlsberg, San Miguel, San Mig Light, Carveza Negra, Kuda Putih dan Batavia. Lalu pada 1970 perusahaan mulai memakai nama PT Delta Djakarta.
Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta Michael Rolandi mengatakan, Pemprov DKI sendiri sudah memiliki saham di produsen bir ini sejak 1970-an.
sepanjang 2017 DLTA berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 279,7 miliar. Angka itu naik 10,25% dibandingkan dengan perolehan laba bersih di 2016 sebesar Rp 253,7 miliar.
Penjualan bersih perusahaan sebenarnya naik tipis dari Rp 774,9 miliar menjadi Rp 777,3 miliar. Namun beban pokok penjualan berhasil ditekan dari Rp 234,08 miliar menjadi Rp 203,03 miliar.
Jumlah aset perseroan juga naik dari Rp 1,19 triliun di akhir 2016 menjadi Rp 1,34 di akhir 2017. Sementara jumlah liabilitas naik dari tipis dari posisi akhir 2016 Rp 185,3 miliar menjadi Rp 196,19 miliar di akhi 2017.
DLTA juga masih memiliki kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp 342,2 miliar.Arus kas itu juga lebih baik dari posisi akhir 2016 sebesar Rp 259,8 miliar.
Pelepasan 23,3% saham Delta Djakarta milik Pemprov DKI akan menjadi transaksi saham yang nilai cukup besar. Namun sinyal itu ditanggapi dingin oleh pelaku pasar modal.
Sepanjang perdagangan kemarin, saham DLTA tidak bergerak di level Rp 5.150 per lembar saham. Saham DLTA sangat sepi transaksi. Baik frekuensi, volume atau pun nilai perdagangan saham DLTA pun terlihat kosong.
Menurut Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji, saham DLTA memang salah satu saham yang kurang menarik bagi pelaku pasar lantaran tidak aktif. Padahal seharusnya isu pelepasan saham Pemprov DKI menjadi menarik.
"Sebenarnya pelepasan sebesar 23,3% masih menarik. Yang terpenting adalah mekanisme pelepasan tersebut harus dijelaskan secara terbuka kepada para pelaku pasar dalam rangka meningkatkan animo pasar," tuturnya.
Memang menurut Nafan harga saham DLTA itu terbilang sudah cukup tinggi meski masih dalam batas wajar. Hal itu dilihat dari tolak ukur Price Earning Ratio (PER) saham DLTA yang telah mencapai 14,76 kali, sudah tinggi tapi masih wajar.
Sejak pabriknya berdiri pada 1932 perusahaan ini memang memproduksi bir. Sudah beragam merek dan jenis bir dari jenis pilsener hingga bir hitam yang sudah diproduksi.
Namun seiring berjalannya waktu, Delta Djakarta juga memproduksi minuman non alkohol. Seperti Soda Ice, minuman ringan berkarbonasi yang mengandung vitamin dan mineral. Ada juga Sodaku minuman berkarbonasi mengandung CO2
Mayoritas produk minuman yang diproduksi mengandung alkohol. Di antaranya Anker, Carlsberg, San Miguel, San Mig Light, Carveza Negra, Kuda Putih dan Batavia.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengaku akan menggelar 'beauty contest' atau pemilihan 3 pihak untuk penasehat keuangan. Penasehat keuangan itu diperlukan terkait dengan rencana pelepasan saham PT Delta Djakarta Tbk (DLTA).
"Kami sekarang lagi mencoba melakukan beauty contest untuk penasehat keuangan yang bisa memberikan input masukan untuk perkara tentunya investasi kami di Delta Jakarta ini," ujar Sandiaga.
Sandiaga memastikan, ia dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memiliki keselarasan pandangan terhadap persoalan investasi di perusahaan produsen anker bir itu. Namun, saat ini ada berbagai proses yang harus dilalui.
Ketika dikonfirmasi ke perusahaan, Direktur Pemasaran Delta Djakarta Ronny Titiheruw enggan berkomentar. Rencana tersebut akan diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
"Saya no comment dulu, nanti saja tunggu RUPS-nya," tuturnya singkat.
Ronny mengatakan, perseroan akan menggelar RUPS pada 25 April 2018 mendatang. Meskipun dia juga enggan merinci agenda dalam RUPS nantinya.
Halaman Selanjutnya
Halaman