Menurut Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara akan ada beberapa dampak negatif dari pelemahan nilai tukar upiah. Pertama neraca perdagangan terancam kembali defisit karena biaya bahan baku impor meningkat.
"Beberapa industri seperti tekstil, farmasi, besi baja yang sebagian besar bahan bakunya bergantung impor akan terkena imbas paling besar. Selain itu jelang Lebaran biasanya permintaan impor barang konsumsi juga naik, tahun ini dengan tekanan kurs biaya impornya jadi lebih mahal," tuturnya kepada detikFinance, Senin (23/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian risiko gagal bayar utang swasta meningkat. Apalagi bagi swasta yang harus bayar utangnya dengan dolar sementara pendapatannya diperoleh dalam bentuk rupiah. Selisih kurs beresiko ganggu keuangan perusahaan swasta.
Ketiga, bagi utang pemerintah pelemahan rupiah akan membuat kewajiban pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri dalam bentuk valas akan membesar.
Baca juga: Dolar AS Tembus Rp 14.000 Bakal Kejadian? |
"Alhasil ruang fiskal akan semakin sempit, dalam jangka panjang defisit keseimbangan primer membengkak," tegasnya. (zlf/zlf)