Cuti Lebaran Kepanjangan, Bos BEI Ikut 'Galau'

Cuti Lebaran Kepanjangan, Bos BEI Ikut 'Galau'

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 01 Mei 2018 11:50 WIB
Foto: Dewi Rachmat Kusuma
Jakarta - Pemerintah memutuskan untuk menambah jatah cuti bersama, dari sebelumnya empat hari menjadi tujuh hari pada libur Lebaran tahun ini. Kebijakan yang cukup populis ini ternyata menimbulkan reaksi yang beragam.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio bahkan mengaku dapat keluhan dari para investor asing lantaran kebijakan tersebut dianggap tidak matang.

"Saya dapat banyak pertanyaan, terutama dari investor mancanegara mengenai 'wajib libur' yang membuat bursa efek kita harus tutup hampir dua minggu penuh. Ini kebijaksanaan yang mendadak," katanya dalam pesan singkat ke wartawan, seperti dikutip Selasa (1/5/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan 'libur' bersama yang diputuskan secara tiba-tiba itu dianggap keputusan yang mendadak dan tidak tepat di saat kondisi perdagangan di Indonesia sendiri tengah volatile.

"Hari tutup perdagangan saham di dunia, selayaknya di tentukan minimal setahun secara rapih didepan. Karena menyangkut rencana investasi besar. Kedua, saat ini mata uang Indonesia sedang cukup volatile bergerak, tingkat bunga juga sedang berpotensi merangkak keatas. Jadi bayangkan jika anda punya investasi di negara yang jauh dari anda tinggal, mendengar mata uangnya bergejolak, lalu bursanya mau tutup dua minggu, apa yg anda akan lakukan ke investasi anda?" jelas Tito.



Menurut Tito, cuti adalah hak individu. Sehingga jika ada hari libur yang tak bisa diterima semua orang, hal ini justru cenderung kelihatan seperti cuti yang dipaksa alias ada hak pekerja yang direnggut.

"Kasihan buruh harian yang biasanya justru seminggu terakhir kerja lebih keras, mendapat ekstra uang Lebaran lebih karena banyak yang bersedekah. Kasihan para pedagang makanan di sekitar perkantoran yang terpaksa harus ikut tutup. Teman teman yang penginnya libur waktu Natal akhir tahun, juga terpaksa liburnya dimajukan," ujar dia.

"Jika libur ini tidak memotong hari cuti, waduh tingkat produktivitas theorically akan turun. Kalau libur juga dua minggu, ya Mal lah yang penuh!" tambahnya.

Tito sendiri ingin perdagangan BEI tetap bisa berjalan saat cuti Lebaran dilaksanakan, karena perdagangan dunia sendiri tetap berjalan. Namun apa daya, perdagangan juga tak bisa berjalan jika bank sendiri tutup sehingga proses settlementnya akan menemui jalan buntu.

"Bursa hendaknya mengikuti tatanan internasional. Tanggal merah saja yang libur. Masalahnya Bursa buka, tapi Bank tutup. Bagaimana settlement nya. Kecuali KSEI dan KPEi bisa lakukan internal transfer dengan Bank Mandiri/BCA khusus cabang bursa saja. Apa mungkin?" pungkasnya.



Kebijakan penambahan cuti Lebaran tahun ini memang cenderung direspons negatif oleh pengusaha. Para pengusaha komplain akan menjadi rendahnya produktifitas dunia usaha, sementara di lain hal pemerintah ingin memastikan mudik Lebaran tahun ini bisa berjalan lebih baik dengan menambah panjang hari libur.

Pemerintah sendiri tengah mengkaji untuk merevisi penambahan hari libur cuti bersama tersebut. Meski sudah ditetapkan dalam surat keputusan Menteri, namun revisi jumlah hari libur tengah dipertimbangkan lantaran respons dari dunia usaha.



Tonton juga video tentang "Pemerintah Bahas Revisi Cuti Lebaran, Netizen Geram"

[Gambas:Video 20detik]

(eds/eds)

Hide Ads