Menanggapi hal itu Direktur Utama BNBR Bobby Gafur Umar mengakui bahwa kinerja keuangan perusahaan sangat buruk. Sehingga tidak heran jika pelaku pasar menanggapi negatif saham BNBR.
Secara konsolidasian pada 2017 BNBR mengalami kerugian hingga Rp 1,2 triliun. Kerugian dari perseroan sendiri sebenarnya mencapai Rp 1,3 triliun, namun berkurang lantaran unit usaha membukukan laba sebesar Rp 158,9 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendapatan konsolidasani induk dari Group Bakrie di 2017 mencapai Rp 2,45 triliun. Sedangkan ekuitas minus Rp 5,9 triliun, yang paling besar dari induk tercatat minus Rp 6 triliun, sementara entitas usaha masih memiliki ekuitas sebesar Rp 2,1 triliun.
Bobby juga mengakui salah satu yang menjadi sentimen buruk perusahaan adalah besaran utang perusahaan. Tercatat utang konsolidasian BNBR hingga akhir 2017 mencapai Rp 12,57 triliun.
"Kami akui bahwa banyak sekali beban yang tidak produktif dari utang terkait aksi korporasi di tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun kita terbebani beban bunga dan termasuk pokok. Secara buku BNBR tidak akan sanggup," tambahnya.
Dari utang konsolidasian itu paling besar utang dari BNBR sendiri sebesar Rp 10,3 triliun. Sementara utang unit usaha Rp 3,1 triliun.
Menurut Bobby, utang dari unit usaha tidak memberatkan lantaran dimanfaatkan untuk kegiatan produktif. Sementara utang BNBR sendiri yang menjadi beban berat, lantaran mayoritas sebagai imbas dari kegagalan investasi.
"2009 kita pernah restrukturisasi utang, 2010 selesai. Tapi kita lakukan lagi kerja sama dengan Rostchild, investasi di bursa saham Inggris yang kembali terjadi beban keuangan akibat kerja sama itu. Ini yang membuat beban BNBR semakin berat," tambahnya.
Sebagai upaya perbaikan, perusahaan akan terus melakukan restrukturisasi utang. Proses reverse stock 1:10 juga merupakan bagian dari syarat kreditur agar saham BNBR bisa diperdagangkan kembali. Meskipun akhirnya saham BNBR hampir kembali lagi ke level gocap
Kemudian pihaknya akan terus memaksimalkan unit-unit usaha dari Bakrie Group. Sebab Bobby yakin kegiatan usaha dari unit-unit usaha memiliki prospek cerah.
"Memang kami akui penjelasan manajemen ke pasar kurang. Alasannya karena proses restrukturisasi ini, kami tidak ingin terganggu oleh isu pengembangan. Karena mereka kreditur khawatir kalau tahu perusahaan butuh dana untuk proyek atau investasi baru," tutupnya. (zlf/zlf)